Konstelasi Imajinasi

Rabu, 19 Juni 2013

Mahasiswa dan Halaman Kosong dalam Entri Baru

Di siang yang begitu panas, aku duduk sambil menikmati dinginnya AC di sebuah ruangan dosen. Maklum, jika hari libur seperti ini, aku biasa tetap kekampus untuk membantu dosen menyelesaikan beberapa hal, yah saya termasuk mahasiswa yang berbakti dengan dosen *uhukk, maaf. 

Di depan laptop, terjadilah percakapan absurd antara aku dan halaman Entri Baru yang kosong, percakapannya tentu bukan percakapan verbal, tapi percakapan tertulis melalui media halaman Entri Baru itu sendiri *ifyouknowwhatImean


Aku: Melalui postingan kali ini, saya akan mendiskripsikan pemilik resmi blog ini, tidak lain dan
         tidak bukan diriku sendiri.

EB  : Eh? maksudnya?

Aku: Iya, aku akan memberikan sedikit gambaran tentang diriku sendiri haha

EB  : Untuk apa? Kan sudah ada Profil?

Aku: Iya, tapi aku belum puas, aku ingin menuliskannya sendiri

EB  : Bikin kerjaan --"

Aku: Biarin! Kan yang mau nulis aku, bukan kamu!

EB  : Tapi masalahnya kamu menulis di lembaran halamanku yang kosong, sadar tidak?

Aku: Iya sih, tapi kan yang menulis aku, bukan kamu! Kamu kan cuma sarana saja!

EB  : Tapi tanpa aku, kamu tidak bisa menulis kan? Aku adalah instrumen paling penting dalam blog

Aku: Oh yah? Tapi blog tidak akan bisa diakses tanpa akun yang kumiliki

EB  : Tapi apapun alasannya kau tidak akan bisa menulis tanpa halamanku kan? Mengaku sajalah!

Aku: Tidak, kamu hanyalah sebuah benda. Terlebih kamu hanyalah sebuah benda berdimensi dua

EB  : Jangan bawa-bawa bentukku, dasar makhluk berdimensi tiga.

Aku: Wah, jangan sombong kamu yah, dasar mesin.

EB  : Justru kalian lah sebagai manusia yang terlalu sombong dan membanggakan diri. Sadar tidak?

Aku: Iya sih, tapi jangan juga bawa-bawa wujudku sebagai manusia.

EB  : Yang duluan bawa-bawa wujud siapa?

Aku: Aku sih, tunggu dulu, kenapa kita jadi bahas hal seperti ini? Bukannya tadi aku mau nge-post tulisan tentang diriku sendiri? Kamu sih yang membawa pembahasan ini kesana kemari.

EB  : Aku? Bukannya kamu yang melarikan pembicaraan?

Aku: Jaga bicaramu!

EB  : Kamu yang jaga bicara!

Suddenly...

Prof: Ayo semua pulang, hari sudah sore jadi kemasi barang-barang kalian!

Aku: Maafkan aku, tapi kita harus berpisah Entri Baru

EB  : Selamat tinggal, kamu pasti akan membukaku lagi suatu hari nanti

Aku: Besok! --"

Begitulah, aku mengakhiri postingan ini tanpa mendeskripsikan diriku --"
  

Kamis, 13 Juni 2013

Mahasiswa dan Sibuk

Aku sibuk!
Jadi jangan menggangguku
Meskipun seperti itu,
aku tidak melupakanmu

(Maaf, beberapa hari belakangan aku memang sangat sibuk) --"

Minggu, 09 Juni 2013

Terlalu Pagi untuk Cinta

Aku siswa baru di sebuah madrasah
Madrasah Aliyah Negeri, alias MAN
Aku masih cupu, tak tahu apa-apa
Dunia remaja menanti di depan

Asik!
Asik sekali,
Aku siap jalani hari
Aku siap mengukir mimpi

Hingga aku bertemu dengan seorang akhwat
Parasnya jelita, kamipun bersahabat
Tanpa aku sadar, dia telah jatuh cinta
Lagi-lagi tanpa aku sadar, dia nyatakan cinta

Waduh, mau jawab apa aku ini?
Kalau dipikir-pikir,
Kalau dipikir-pikir,
Aku pusing!

Aku pusing tujuh keliling
Memikirkan apa yang harus kukatakan nanti
Ini masih terlalu pagi!
Yah, masih terlalu pagi

Masih terlalu pagi untuk cinta,
Masih terlalu dini untuk cinta
Masih terlalu mimpi untuk cinta
Masih terlalu pagi untuk cinta

"Bersahabat saja yah", kataku sambil tersenyum manis
Lalu pergi bersama angin.
Dia terdiam, tertunduk sepi
Lalu dia menangis

(Untuk mereka yang sedang bertumbuh dan labil)
2012

Terrified - Story of the Year

Mengingat bahwa saya sudah lama tidak nge-post sesuatu yang bernuansa musik, maka postingan kali ini akan kumulai dengan sebuah lirik, chord, dan terjemahan dari sebuah lagu hasil karya band asal Missouri Amerika Serikat, Story of the Year. Ini dia


Lagu berjudul Terrified dibawah ini merupakan lagu dari album ketiga mereka The Black Swan yang dirilis 19 april 2008 silam. Ini cover albumnya:





Tanpa basa-basi lagi, langsung saja kita cekidot lagunya:


Verse 1:
          C/E                F                 C                   G
Here in this town safe and guarded we call it home, a feeling that we share
 C/E               F                  C                G
Now, I leave this place, clinging to hope and this midnight prayer
       F               G                       F
If we hold our breath, float beyond this we’ll be reborn,
G               C
I will carry us home

Chorus 1:
              Am                      C
Are you still alive? Are you scared inside?
              F                      C
Providence is blind when you’re terrified
              Am                     F
Are you still alive? Are you scared inside?
            G                      F
When we’ve reached the end of the road
G                C
I will carry us home

Verse 2:
    C/E             F               C                    G
Oh no, if all I’ve said was only a hope, meaningless in truth
C/E          F                  C                G
Now, will I expire holding the womb, safety for you
       F                  G                        F
If we make it through and I can save you, in this heart I know
G                C
I will carry us home

(Repeat Chorus 1)

Bridge:
            C
Now I’m so far away from you
          F                           G                 Am
Will I be making any difference after leaving you all alone?
           C
Now I’m so far away from home
      F                        Em
Can I justify my actions after leaving you?
       C/E                F                C                       G  
Here in this town safe and guarded we call it home, a feeling that we share..

Chorus 2:
C             Am                       C
Are you still alive? Are you scared inside?
              F                      C
Providence is blind when you’re terrified
              Am                        C
Are you still alive? If you’re scared inside
G               C
I will carry us home

(First four lines of Chorus 1 then..)
           G                      F
When we’ve reached the end of the road
G               C
I will carry us home

Demikianlah lirik dan chord yang bersumber dari www.tabs.ultimate-guitar.com. Sekarang mari kita lihat translate-nya yang bersumber dari hasil terjemahan otakkku yang absurd (catatan: kata 'absurd' akhir-akihr ini menjadi trend dimana-mana, ok berikut translatenya, eng ing eng:

                                                                       Menakutkan 

Versi 1:
Disini, di kota yang aman dan terlindungi ini,
kita menyebutnya rumah, sebuah perasaan yang kita bagi 
Sekarang, aku meninggalkan tempat ini berpegang teguh pada harapan dan doa tengah malam ini
Jika kita menahan nafas kita, mengapung diatasnya, maka kita akan terlahir kembali
Lalu aku akan membawa kita pulang

Chorus 1:
Apakah kau masih hidup? Apakah kau takut?
Pemeliharaan Tuhan itu buta jika kau ketakutan
Apakah kau masih hidup? Apakah kau takut?
Ketika kita mencapai akhir jalan ini
Aku akan membawa kita pulang

Versi 2:
Oh tidak, jika semua yang kukatakan ini hanyalah harapan dan tidak berarti dalam kenyatan
Sekarang, jika aku kehabisan waktu untuk menggenggam rahimmu, keseelamatan untukmu
Jika kita telah selesai dan aku dapat menyelamatkanmu, dalam hati ini aku tahu,
Aku akan membawa kita pulang

(Ulangi Chorus 1)

Bridge:
Sekarang aku sangat jauh darimu
Akankah aku membuat perbedaan setelah meninggalkanmu sendiri?
Sekarang aku sangat jauh dari rumah
Dapatkah aku membenarkan tindakanku setelah meninggalkanmu?
Disini, di kota yang aman dan terlindungi ini,
kita menyebutnya rumah, sebuah perasaan yang kita bagi  

Chorus 2:
Apakah kau masih hidup? Apakah kau takut?
Pemeliharaan Tuhan itu buta jika kau ketakutan
Apakah kau masih hidup? Jika kau takut
Aku akan membawa kita pulang

(Ulangi empat baris dari chorus 1)

Ketika kita mencapai akhir jalan ini
Aku akan membawa kita pulang

*

Demikianlah postingan kali ini, semga bisa menjadi referensi dalam bermusik terutama para penggemar Story of the Year. :D

 

Mahasiswa dan Kurang Kerjaan

Kalian tahu?
Hari ini aku kembali kurang kerjaan
Tak kusangka 'dia' benar-benar datang
Namun tanpa gagasan baru

~Tamat~ 

*eh? Apa ini?

Tulisan Kurang Kerjaan


APA yang kalian lakukan jika sedang kurang kerjaan?
Tidak ada merupakan jawaban yang pasti. Kurang kerjaan merupakan salah satu hal yang paling membosankan dalam hidup ini. Tunggu, bukankah kurang kerjaan itu memang membosankan?
Oh, tentu saja.
Kurang Kerjaan alias kuker bisa menimpa siapa saja, termasuk seorang mahasiswa tampan seperti aku ini. Terkadang, disela sibuknya lalu lintas aktivitas mahasiswa yang penuh dengan tugas kuliah, kegiatan berlembaga, kegiatan pengembangan minat, bakat, dan hobi, serta pekerjaan rumah dan kantor bagi mahasiswa yang sedang mencoba kerasnya dunia kerja , terdapat saat-saat yang kita sebut sebagai kuker. Terlebih di saat libur panjang yang layaknya kereta waktu tanpa gerbong akhir.
Aku ingin bercerita. Jangan mencari klimaks , jangan mencari konflik, dan jangan mencari kejutan di akhir. Karena ini hanyalah cerita biasa tentang kehidupan sehari-hari yang tentunya biasa saja.
 Baiklah suatu hari, aku sedang menjadi ‘kakak yang baik’ untuk adik-adik kelas XII dari almamater SMA, bukan! Maksudku MA alias Madrasah Aliyah-ku dulu.  Tempat yang menyimpan sejuta kenangan tiga tahun lalu. 
Pagi itu pukul sepuluh. Kami sedang belajar untuk persiapan SBMPTN dan aku diundang sebagai salah satu tenaga pengajar di tempat itu. Namun kelas selesai lebih awal dari yang kuperkiraan. Dan dalam sekejap, adik-adik manis yang tadi duduk didepanku telah hilang. Meninggalkanku di sebuah mesjid madrasah yang tak berpenghuni. Ya, kami tadi belajar di mesjid.
Apa yang kulakukan setelahnya?
Tidak ada.
Aku hanya duduk diam sembari melongo kearah lapangan voli yang debunya beterbangan terbawa angin sepoi . Sekarang aku tidak memiliki pekerjaan sama sekali. Meskipun sebenarnya banyak hal yang bisa kulakukan. Aku bisa ke suatu tempat untuk online, menghabiskan waktu di Mc Donald’s sembari menikmati Mc Flurry rasa blueberry, membaca buku, menggambar sketsa atau mengganggu beberapa anak OSIS yang sedang rapat persiapan sebuah kegiatan olahraga. Dan aku juga bisa pulang lalu menghabiskan waktu bersama laptop, membuat sebuah cerpen, membuat puisi, membuat movie berkonsep photo slide, berkaraoke ria, atau merekam beberapa lagu amatir. Entahlah.
Apa yang akan kalian lakukan jika sedang berada di posisiku sekarang?
Mengganggu orang lain dan berharap mendapatkan kepuasan sementara?
Ya, betul sangat!
Aku mengambil HP dan mengetik beberapa karakter untuk kemudian kukirim ke beberapa orang teman sejawat. Luar biasa, karena tidak ada yang membalas.
Aku semakin kuker.
Apa yang harus kulakukan?
Masih dengan HP tadi, aku menelpon dua orang temanku yang sedang sibuk, lalu kuteruskan dengan menelpon salah seorang senior yang ternyata sedang sakit kepala dan diserang penyakit musiman yang membahana, demam.
Masih kuker, aku menelpon seorang ‘adik kelas’ yang menurutku menarik.  Dia komunikatif dan interaktif, sehingga sangat cocok untuk menghabiskan waktu dan memberantas KKSI alias Kurang Kerjaan Sama Sekali. Tak terasa sudah sejam lebih. Aku harus berterima kasih kepada dia yang telah menemani masa-masa kuker nan hampa ini. Namun tiba-tiba sambungan antara aku dan dia terputus sendiri. Aku kehabisan pulsa yang baru kemarin terisi. Sekali lagi, aku kehabisan pulsa yang baru kemarin terisi. 
Aku kembali kuker.
Apa lagi yang akan kulakukan?
Jam yang menunjukkan pukul 17.00 wita membuatku beranjak dari madrasah tempatku mengajar ke suatu tempat yang kurasa mampu menampung jiwa kurang kerjaanku ini. Ya, jalan raya! Aku mengemudikan sepeda motor bermerk Suzuki Shogun 125 R keluaran tahun 2005 untuk mengelilingi kota Makassar tercinta. Mencoba menangkap beberapa momen yang biasanya luput dari pandangan. Hingga maghrib menjelang, saatnya pulang.
Dirumah aku kembali kuker.
Apa yang akan kulakukan?
Semua orang pergi entah kemana meninggalkan aku yang terduduk sendiri di depan TV mencari siaran yang menarik namun tak ku temui. Diluar hujan kembali menangis. Kamar mandiku banjir namun aku tidak peduli. Aku bersih-bersih lalu mencuci piring. Setelah semua selesai, aku masuk kekamar pribadi. Kujadikan laptop sebagai peneman sepi bersama HP yang terus berdering menandakan masuknya pesan singkat yang bertubi-tubi. Kuladeni satu persatu pesan itu dengan bermodalkan SMS gratis. Akhirnya aku bosan sendiri.
Aku kembali kuker.
Tuhan, apa yang harus kulakukan?
Derasnya hujan menyaring kumandang adzan dari mesjid. Tak kusangka isya berlalu dengan tidak gemulai. Aku ruku dan sujud sendiri kepada Sang Aziz. Tasbih, tahmid dan tahlil beresonansi dengan derai air pada kaca dan pada atap rumah yang terbuat dari unsur zinc. Tentram dan damai jiwa ini. Selepas berkomunikasi, berbagi kisah serta curahan hati tentang masalah dan kejadian hari ini kepada Sang Ilahi.
Aku kembali kuker.
Apa lagi yang akan kulakukan?
Kembali ke laptop yang menjadi peneman sepi. Aku hanya terdiam di depan layar LCD yang tidak lagi bersih. Sekarang aku benar-benar pusing tak tahu harus apa lagi. Ingin rasanya kuakhiri hari. Namun raga belum juga menandakan perasaan ingin berbaring. Di depan laptop ini, aku menemukan sebuah ide kreatif. Mengapa tidak kutuliskan saja kisah kuker-ku hari ini? Lalu kubagikan melalui dunia maya yang kadang kering postingan berisi. Ya, melalui blog, melalui Twitter, melalui Facebook, semua bisa hanya dengan sekali klik dan tentu saja berbagi link.
Batinku bersorak sorai. Akhirnya aku bisa menghabiskan malam tanpa kuker yang kini telah pergi. Selamat tinggal kuker sedih. Terima kasih atas inspirasi kreatif hari ini. Kumohon datanglah lagi dilain hari.
*

Kamis, 06 Juni 2013

Unlovely December

 HARI ini adalah hari pertama PMB Universitas Hasanuddin.Nampak Dina dan Ryan berlari menuju Baruga A.P Pettarani tempat PMB dimulai. Jam sudah menunjukkan pukul 09.00 wita.
“Sial, kita telat sejam” gumam Dina.
Saat mereka tiba, baruga riuh dengan tepuk tangan 5.000 mahasiswa baru dengan kostum khas putih-hitam. Mereka berdua berdecak kagum.Baruga yang super luas itu penuh. Saking penuhnya, mereka terpaksa duduk di tangga. Konsekuensi sebuah keterlambatan.
Rantepao, Toraja Utara merupakan tempat dimana Dina dan Ryan dibesarkan. Mereka bersahabat sejak kecil. Maklum, rumah Dina bersebelahan dengan rumah Ryan. Dari dulu mereka sepertinya tidak dapat dipisahkan. Mereka TK sama-sama, SD sama-sama, SMP sama-sama, SMA sama-sama, bahkan di UNHAS mereka masuk di jurusan yang sama, Antropologi. Saat SNMPTN, Dina dan Ryan memang memilih Antropologi pada pilihan pertama karena mereka tertarik mengkaji budaya yang ada di daerah asal mereka, Toraja Utara.
Walaupun banyak hal yang telah mereka lalui bersama, bukan berarti mereka sama dalam segala hal. Sebut saja kepribadian, Dina merupakan orang yang periang dan ceplas-ceplos dalam berbicara. Sedangkan Ryan adalah orang yang cool dan bicara seperlunya.
Soal fisik, Dina mirip orang Korea. Kulitnya putih bersih terawat dengan wajah yang manis dan potongan rambut pendek. Manis sekali. Berbeda dengan Dina yang mirip orang Korea, Ryan berwajahToraja tulen dengan rahang yang besar. Kulitnya coklat dengan potongan rambut super pendek khas mahasiswa baru, 2cm. Walaupun begitu, wajah Ryan bisadikategorikan tampan.
Perbedaan yang paling mencolok diantara mereka ada pada soal keyakinan. Ryan adalah seorang Muslim sedangkan Dina merupakan seorang Kristen Protestan.Walaupun Ryan merupakan seorang muallaf mengikuti ibunya, namun ia berusaha menjadi muslim yang taat. Begitu pula dengan Dina. Dalam konteks berbeda, Dina merupakan seorang Kristiani yang taat pula.
Pak Fiyan, ayah Ryan adalah seorang pemilik sawah. Saat masih SD dulu, Dina dan Ryan sering bermain di sawah milik Pak Fiyan.Hobi mereka bergelut dengan lumpur sawah. Meski begitu, pak Fiyan tidak pernah marah. Malah terkadang beliau ikut bermain bersama mereka berdua. Katanya, berani kotor itu baik Pak Fiyan adalah contoh ayah idaman. Meskipun istri dan anak satu-satunya berbeda keyakinan dengannya, namun beliau tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut. Akumulasi dari hal-hal itulah yang membuat Ryan sangat bangga terhadap ayahnya! Sekaligus sangat sayang.
PLAKK! Sebuah buku menghantam wajah Ryan dan melebur lamunan panjangnya.
“Woooiii…! Dilarang melamun!” teriak Dina tepat di depan lubang telinga Ryan. Ryan hanya tersenyum. Sepertinya dia akan menikmati masa-masa nya sebagai seorang mahasiswa. Mahasiswa Antropologi.
*

HARI ini hujan turun dengan derasnya. Ryan yang sedang berada di kelas hanya melihat keluar jendela. Tidak fokus. Tadi pagi ia dihubungi oleh sang ibu bahwa Ayahnya meninggal dunia. Sebuah pukulan teramat sakit yang menghantam dadanya. Ia menyandarkan kepalanya di jendela, berharap hujan jangan berhenti. Please,  jangan berhenti.
Saat malam menjelang,  Ryan dan Dina bergegaskeToraja Utara menggunakan Bus. Hujan belum berhenti menemani hati Ryan yang sedih.Selama perjalanan, Ryan hanya melamun dan lagi-lagi menyandarkan kepalanya di jendela bus menatap tiap tetes rinai yang terhambur. Dina yang duduk disampingnya juga ikut bersedih. “Tahukah kau? Saat kau bersedih, aku pun sedih.” Gumam Dina dalam hati.
Keesokan paginya, Dina dan Ryan telah tiba di kampung halaman tercinta. Tongkonan yang berbaris menyambut kedatangan mereka berdua. Ryan menangis sejadi-jadinya begitu melihat wajah ayahnya yang sudah tak bernyawa. Dina ikut menangis.
Ayah Ryan memang seorang Kristiani, namun beliau beserta keluarga besar fam Kendek masih menganut kepercayaan para leluhur Toraja yakni Aluk Todolo, sehingga jenazah Pak Fiyan belum bisa dikuburkan sebelum diadakan upacara Rambu Solo.
“Ryan, om dan keluarga besar Kendek sepakat bahwa kami akan mengadakan Rambu Solo pertengahan Desember nanti. Ibumu juga setuju akan hal itu.”Kata Om Victor kepada Ryan.
“Kenapa harus bulan Desember om? Bukankah biasanya dilakukan di pertengahan tahun?”Tanya Ryan heran.
“Biasanya memang seperti itu, tapi mulai tahun ini tidak lagi, upacara Rambu Solo dipindahkan keakhir tahun untuk kepentingan pariwisata! Saat Lovely December
Deg-deg! Sesuatu yang keras menghantam hati Ryan. Sebagai mahasiswa Antropologi, Ryan tahu dampak yang akan ditimbulkan jika Rambu Solo dipindahkan kebulan Desember. Fatal!
*
JELANG sehari sebelum berangkat kembali ke Toraja menyaksikan Rambu Solo ayahnya, Ryan, Dina, dan beberapa teman sekelasnya duduk menikmati secangkir kopi dan teh hangat di kantin kampus. 
 “Ini pasti bakalan seru!” gumam Dina bersemangat.
Di tengah canda-tawa dan riuh sorak sorai temannya yang bersemangat, Ryan tetap duduk termenung.
“Semangat dong… Sebentar lagi kan pulang kampung hehe” bujukDina
“Aku nggak ikut!” dengan tatapan tajam Ryan mengeluarkan statement mengejutkan.
“Ha? Maksudmu?Kau nggak mau ikut?” Tanya Dina.
“Tidak!”tegas Ryan.
“Kenapa Ryan? Kau tahu? Akhir-akhir ini kau aneh! Sangat aneh! Dan  sekarang kau membuat sensasi dengan tidak mau hadir di upacara Rambu Solo yang merupakan upacara pemakaman ayahmu sendiri? Apa yang akan dikatakan orang-orang dikampung nanti? Kau mau di cap sebagai anak yang tidak berbakti?” Kali ini Dina benar-benar kesal dengan kelakuan Ryan yang menurutnya keterlaluan.
“Atau, mungkin karena kau seorang muslim sehingga kau tidak suka jika ayahmu dimakamkan berdasarkan ajaran Aluk Todolo? Ibumu saja yang muslim datang kenapa kau tidak? Aku kecewa Ryan, Aku kecewa!” Dina sedikit berkaca.
“Ini bukan soal keyakinan Dina. Tidak masalah jika ayahku dimakamkan berdasarkan ajaran Aluk Todolo. Itu karena dia memang masih menganut kepercayaan itu dan aku adalah seorang muslim. Namun yang menjadi masalah adalah ketika upacara Rambu Solo yang  seharusnya berjalan khidmat dan sakral tiba-tiba berubah menjadi ajang pariwisata dimana para pelancong foto bersama, bersorak, bahkan tertawa. Dimana letak kepekaan kalian? Bayangkan saat pemakaman ayah kalian dijadikan ajang komersialisasi pariwisata. Itu yang tidak bisa kuterima!” Seluruh kantin yang dipenuhi teman-teman Ryan hening.
“Kalau kalian pernah membaca Etnografi Toraja, kalian tidak akan menemukan upacara Rambu Solo yang diadakan di akhir tahun. Pasti di pertengahan tahun.  Kenapa? Karena dipertengahan tahunlah panen padi dilakukan,  sehingga keuntungan hasil panen pulalah yang akan digunakan sebagai sumber dana utama untuk melaksanakan Rambu Solo. Kalau Rambu Solo dilakukan di akhir tahun, berarti padi masih sangat kecil-kecilnya. Dana yang  digunakan darimana? Utang!” Tegas Ryan meyakinkan teman-temannya.
“Asal kalian tahu, keluarga besarku sibuk mencari pinjaman sana-sini untuk menutupi dana Rambu Solo. Kalau beginikan rakyat juga yang susah. Apanya yang Lovely December? Program itu hanya merupakan sebuah bentuk mutilasi dan kanibalisme budaya!” kali ini Ryan mulai kesal.
“Maksudnya mutilasi dan kanibalisme?” Dina begitu ingin tahu.
“Mutilasi, karena pemerintah seenaknya ‘memotong’ Rambu Solo yang seharusnya diadakan di pertengahan tahun dipindahkan keakhir tahun. Kanibalisme, karena tujuan dari Lovely December adalah mencari keuntungan ekonomi pada sektor pariwisata. Bayangkan, ketika sebuah budaya di komersilkan. Tidakkah kalian berpikir bahwa Lovely December sebenarnya merusak budaya asli Toraja?”Kali ini teman-teman Ryan tertunduk.
“Tapi kan itu mendatangkan keuntungan bagi pemerintah, jadi kenapa tidak?” Tomo, salah seorang teman Ryan masih belum paham.
“Kita selalu mendengar isu dilarang merusak lingkungan demi  kepentingan ekonomi. Lantas bolehkah kita merusak sebuah kebudayaan demi kepentingan ekonomi? Ini bukan soal uang teman, ini bukan soal uang!tatapan Ryan kembali tajam.
Cakrawala pemikiran teman-teman Ryan kembali terbuka.
“Benar juga.” pikir mereka dalam hati. Dina tersenyum bangga dengan alasan Ryan.
What an Unlovely December…
*
Catatan kecil:
Bagi kalian yang sudah membaca cerpen “Es Krim Vanila Bercerita” atau “Es Krim Coklat Bercerita”, maka kalian pasti berpikir ada beberapa kesamaan motif dari cerita diatas. Baiklah aku mengaku, sebenarnya cerpen diatas merupakan versi awal dari kedua cerpen ‘Es Krim’ yang kubuat. Hehe :D

Selasa, 04 Juni 2013

Kita dan Kehidupan Sehari-Hari

PERNAHKAH kita berpikir bahwa kita ini hanya orang biasa? 
Dengan kehidupan yang biasa-biasa saja? 
Atau mungkin hanya aku merasa demikian? 
Baiklah, aku mengaku!
Banyak diantara kita yang berpikir bahwa kita hanyalah orang biasa dengan kehidupan sehari-hari yang biasa pula.Tidak ada kejadian menghebohkan seperti serbuan alien, invasi robot luar angkasa, Time Travel, petualangan menyelamatkan tuan putri yang diculik, kekuatan Super Hero yang menggelegar dan perjalanan luar biasa lainnya, tidak ada sama sekali! Namun terkadang, kehidupan kita yang terkesan biasa-biasa saja menyimpan cerita unik, bermakna dan terkadang justru sangat luar biasa. Percaya deh, sangat menarik jika kita mampu menemukan kejadian luar biasa dalam kehidupan kita yang biasa-biasa saja :) Aku biasa menyebutnya, The Power of "Biasa-Biasa" *eh? 
Saya memiliki banyak cerita biasa yang mungkin akan kutulis dalam postingan biasa dalam blog ini yang memang biasa-biasa saja.
Jadi, apakah anda memiliki cerita tersendiri dalam kehidupan anda yang biasa-biasa saja? :)