Konstelasi Imajinasi

Minggu, 26 April 2015

A Fairy without Tail who Tell a Fairy Tale about the Fairy Tail (Part 2)


1.      Rezkiawati Anwar (Wendy Marvell)

Wendy adalah salah satu anggota baru Fairy Tail yang merupakan seorang Dragon Slayer angin. Dia sangat hormat pada senior-seniornya, terutama Natsu sebab Natsu yang mengajaknya bergabung ke Fairy Tail dan menyeka air matanya. Natsulah yang menjadi inspirasinya. Oke, di FLP, Kia merupakan junior saya, meskipun bukan saya yang mengajaknya bergabung di FLP dan bukan saya yang menyeka air matanya, tapi saya yakin Kia sangat hormat pada senior-seniornya dan menjadikan mereka sebagai inspirasinya, terutama saya kha kha kha :D. Kemiripan lain, Kia orangnya polos, manis, lembut, lucu, tapi kuat dan memegang prinsip, sama dengan karakter Wendy yang meski polos –karena masih remaja- tapi kuat, kawai dan popular oleh banyak orang. Selain di FLP, kia juga aktif bermain-main dengan ‘udara’ sebagai seorang penyiar radio, persis Wendy yang seorang pengendali udara meskipun mungkin udara yang saya maksud adalah dua konteks yang berbeda, tapi tetap saja udara kha kha kha. Oh iya, selain mirip Wendy, Kia juga mirip –mau sekali dimiripkan- dengan Fro, seekor Exceed yang berasal dari guild Sabertooth. Kemiripannya, sama-sama polos, sangat, buta navigasi, mudah teralihkan, lucu, dan gaya jalannya yang unik sambil berkata “Na na na”.


2.      Ismi Kurnia Dewi Istiani (Levy)

Levy ini maniak buku, kerjanya di perpustakaan dan spesialisasi sihir mantra alias solid script. Levy ini mirip kak Ismi, seorang mahasiswi Sastra Indonesia yang tentunya sibuk bergelut di perpustakaan dengan buku-buku sastra dan scipt(si) :D Dia cerdas, teliti dan perhatian, persis kak Ismi. Gaya bicara kak Ismi kadang-kadang juga mirip dengan gaya bicara Levy yang halus, tidak terburu-buru, tapi kadang ekspresif. Kak Ismi ini suka sekali menggenakan jilbab bernuansa biru-hijau-ungu, kira-kira mirip rambut Levy lah, apalagi hiasan bunga di jilbab kak Isma –semacam pin, bros, peniti atau apalah namanya- yang selalu dia pakai mirip dengan hiasan bungan di bando Levy. Saya juga menemukan kesamaan dalam pandangan mereka, teduh, tulus, dan dalam.

3.      Muhammad Hidayat (Gajeel)

Gajeel itu strong, keras, dan ‘batu’, sebab dia adalah seorang Dragon Slayer besi, namun meski begitu, Gajeel orangnya rela berkorban dan terkadang mengalah demi kebaikan. Mirip kak Dayat yang meskipun tidak sebatu Gajeel, tapi orangnya rela berkorban dan mau mengalah, demi persatuan umat katanya :3. Gajeel in punya tawa khas,”Gehehe” sama dengan kak Dayat yang juga punya tawa yang khas, “Ekhehe” agak mirip. ;D Kemiripan lain, suatu hari saat saya dan beberapa ikhwan FLP ke rumah kak Dayat dan masuk di kamarnya, ternyata ada gitar listrik –yang sudah tidak terpakai-, dan ada sound-nya, waah … ternyata kak Dayat seorang rocker –atau mungkin ‘mantan’- mirip Gajeel yang juga seorang rocker Kha kha kha :D    

4.      Rezky Arnindi (Lisanna)

Lisanna merupakan soulmate sekaligus teman kecil Natsu, adik dari Mirajane dan Elfman, jurusnya adalah sihir merubah bentuk menjadi hewan (Animal Soul). Lisanna orangnya baik dan agak dewasa, persis Ekki. Nah, Ekki ini ‘teman kecil’ saya, sebab dari bangku MTs sampai MA, saya selalu sekelas dengan dia –di MA sekelas dalam Respect-. Setelah lulus dari MA, Ekki melanjutkan studinya di Poltek dan saya di Unhas, tapi kami tetap rajin berkomunikasi lewat diskusi-diskusi di beberapa kesempatan. Kami juga sama-sama ikut TOWR di FLP hingga kami memutuskan untuk aktif di organisasi ini, namun di tengah perjalanan, saya tengah aktif-aktifnya di FLP ranting Unhas, Ekki malah ‘menghilang’. Jelang beberapa tahun kemudian, Ekki kembali aktif di FLP setelah dia menjadi pengurus cabang. Kisah ini persis sekali dengan kisah Natsu dan Lisanna. Mereka selalu bersama, sampai pada suatu hari Lisanna meninggal dan menyisakan sedih pada seluruh anggota Fairy Tail. Namun beberapa tahun kemudian, Lisanna ‘kembali’ dengan mengejutkan dan menyatakan dirinya belum meninggal, sebab ternyata beberapa tahun sebelumnya dia hanya pergi ke dimensi lain bernama Edolas melalui sebuah portal yang tidak disengaja. Itulah kisah kembalinya Lisanna dan Ekki, serta Natsu dan Bata yang selalu menunggu :).-The End- *He?

5.      Dikpa Latifah (Mirajane)

Mirajane ini kakak tertua dari Lisanna dan Elfman, seorang penyihir kelas S yang popular karena manis, baik hati, keibuan, mudah mengalah, dan tidak suka keributan,. Kekuatannya adalah Satan Soul alias mampu merubah dirinya menjadi iblis berkekuatan super sekelas Erza, mirip banget kak Dikpa! Dia seorang ‘calon’ ibu yang baik sekali dan seorang penulis cerpen kelas S sekelas kak Fikah –yang jago puisi- :3 Meskipun kak Dikpa adalah ketua FLP Sulawesi Selatan, dia sibuk mengurus keperluan rapat, konsumsi, dll setiap ada kegiatan di Lapak Baca Rumah Kunang-Kunang yang kini menjadi markas (baca: tempat numpang) anak FLP :3 dia juga adalah seorang ibu rumah tangga yang baik hohoho. Nah, beberapa hal itu mirip dengan Mirajane yang mana dialah pengelola Fairy Tail, pembantu Master, dan sekaligus mengelola bagian administrasi dan keuangan.

6.      Kartina (Kinana)

Kak Tina ini bendahara FLP Makassar. Kinana juga bekerja di Fairy Tail sebagai ‘asisten’ Mirajane yang mengurus bagian administrasi dan keuangan. Nama Kartina juga mirip dengan Kinana –maksa, tapi miripkan?- :D. Kalau diperhatikan, gaya-gaya kak Tina juga mirip dengan Kinana, ekspresinya, kesabarannya, dan sifatnya yang agak polos hohoho.




7.      Syahrir al-Ghiffary (Ichiya Vandalay Kotobuki)

Alaaaypake bingits- … Ini kata pertama yang otomatis terlintas dalam kepala saya begitu menyandingkan nama kak Syahrir dengan Ichiya, mereka berdua memang sama-sama alay :D Kak Syahrir yang overpede, overnarsis, dan over-over yang lain mirip sekali dengan Ichiya yang over-over juga kha kha kha. Oh iya lupa, Ichiya ini anggota dari guild lain, yakni Blue Pegasus dengan kekuatannya berupa sihir parfum. Namun meskipun seperti itu, Ichiya sangat baik dan sangat senang membantu sahabat-sahabatnya di Fairy Tail. Pula kak Syahrir, meskipun kak Syahri adalah anggota FLP Sulsel, tapi sangat senang membantu junior-juniornya di FLP Makassar. Kak Syahrir ini punya bakat terkenal untuk jadi penulis sekaligus seleb, mirip Ichiya :3 Kask Syahrir memang spesialisasi puisi, dengan ciri khas puisi-puiai dengan kata-kata beraroma semerbak, sesemerbak parfumnya Ichiya :D

8.      Taufik (Deneb)

Oke, menurut kak Isma, Taufik ini only one in the world :D. Banyak sekali keanehan dan kelucuan dan kepolosan dan keanehan dan kelucuan dan kepolosan dan keanehan, dan lain-lain. Sebab, Taufik ini orangnya tidak mau dipotret, tidak mau makan saat ada akhwat, tidak suka dilihat-lihat, tidak mau bawa makanan yang dibungus, pemalu benci keramaian, tapi sangat bisa diandalkan dalam hal apapun sebab anak ini multitalent persis sekali dengan gaya Deneb yang sangat pemalu tapi sangat bisa diandalkan. Deneb ini sebenarnya adalah roh bintang milik Yukino (Celestial Wizard dari Sabertooth). Sekadar info, Taufik ini hobi menulis puisi, -dulu- jago main musik, ahli komputer dan informatika, jago balap motor, ahli otomotif, dan lain-lain deh … Dia juga tampan dan putih, seperti Deneb yang cooool .. :3

9.      Fitrawan Umar (Jellal)

Untuk yang satu ini, saya memilih speechless saja sebab orang ini keren banget. Jago puisi, cerpen dan esai. Pokoknya keren, sekeren Jellal yang dari awal Fairy Tail sampai sekarang tetap memesona. Kak Wawan memang seorang penulis nasional, tapi tidak sombong kok, kekuatan tulisannya power full. Seperti Jellal yang –meski jahat di awal cerita- tapi akhirnya memilih jalan untuk menjaga kedamaian dan keseimbangan dunia dengan sihir langitnya, sebuah sihir yang luar biasa kuat. Sifat Jellal yang rendah hati, rela berkorban, tatapan khas yang dalam dan pantang menyerah dalam memperjuangkan harapan-harapannya adalah apa yang saya temukan juga pada sosok kak Wawan. So, keren, keren sekali!

10.  S. Gegge Mappangewa (Makarov)


Maaf kak Gegge, saya masukkan nama ta’ dalam catatan liar saya. Ya, Makarov adalah Master Fairy Tail yang ketiga dengan siir merubah bentuk tubuhnya menjadi raksasa, menguasai sihir peri, dan menjadi salah satu dari sepuluh penyihir suci. Sosok ini cocok dengan kak Gegge sebab beliau adalah sesepuh FLP Makassar, dewasa, penuh perlindungan, dan sangat bsa diandalkan. Seorang  penulis nasional yang tetap rendah diri dan tidak tinggi hati. Kami sebagai junior merasa selalu damai kalau kak Gegge sudah terlibat dalam sebuah kegiatan atau apapun itu. Sosok Master memang pantas disematkan ke kak Gegge. Pengayom, pelindung, pendorong kami untuk tetap bertahan dan berkarya di guild Fairy Tail!

To be continued lagi ... :3 

Kamis, 23 April 2015

A Fairy without Tail Who Tell a Fairy Tale about the Fairy Tail (Fantasi Aneh Anak FLP dan Seorang Maniak Anime)






Judul tulisan ini agak lebay mungkin yah? Itu karena judul tersebut tetiba saja berkelebat dalam pikiran saya. Sebuah permainan kata! Kalau diartikan secara harfiah sih, “Seorang peri tanpa ekor yang menceritakan sebuah dongeng tentang Fairy Tail”. Ya, anggaplah saya adalah peri  (sumpah, sebenarnya saya tidak mau disebut peri, tapi supaya judulnya keren makanya dipaksakan saja). Saya –sebagai peri- akan menceritakan ‘dongeng’ fantasi aneh saya tentang sebuah organisasi kepenulisan islami yang sangat keren dari sudut pandang seorang maniak anime Fairy Tail.

Seperti yang saya tulis di postingan sebelumnya, bahwa akhir-akhir ini saya kembali jatuh cinta dengan Fairy Tail, sebuah anime yang bercerita tentang dunia fantasi penuh penyihir yang terbagi ke dalam kelompok-kelompok (guild) dan masing-masing penyihir punya kekuatan yang unik. Nah, tetiba saja di suatu petang raya saya menghayal, apa jadinya bila tokoh-tokoh anime tersebut ada di dunia nyata? Tentu sangat keren dan –juga- sangat mustahil. Tapi, otak saya mengingat sahabat-sahabat (baca: keluarga) di Forum Lingkar Pena, sebuah organisasi kepenulisan yang tujuannya adalah mencerahkan sesama. Saya lalu kembali mengkhayal, bagaimana jika tokoh-tokoh dalam Fairy Tail itu saya convert ke FLP, akan jadi siapakah mereka? Oleh karena itu, tulisan ini sebenarnya adalah imajinasi saya sekaligus pandangan saya terhadap anak-anak FLP Makassardengan menggabungkan fantasi aneh –sebagai maniak Fairy Tail- dan persepsi saya –sebagai kordinator Divisi Kaderisasi FLP Makassar- terhadap mereka. So, seperti apakah mereka di mata saya? let’s cekidot!


1.      Saya (Natsu Dragneel)



Tokoh (paling) utama dalam anime ini, seorang Dragon Slayer api. Saya tahu apa yang ingin kalian bilang, tapi sebagai yang punya ide, wajarkan kalau saya mendaulat diri saya sebagai tokoh utama? Wahahaha terserah saya dong, kan yang bikin saya :D Saya sangat suka karakter ini, penuh elan, membara, dan pantang menyerah. Natsu (bahasa Jepang) berarti Musim Panas. Dilihat dari karakternya yang seperti itu, maka tidak salah kalau saya menyamakan diri saya dengan Natsu berdasarkan persamaan karakter tersebut hohoho, berapi-api! Bring it on adalah jargon Natsu yang sangat saya suka. Persamaan lain, Natsu orangnya sangat peduli dengan sahabat dan suka mabuk perjalanan, sama seperti saya. Bedannya,  Natsu tidak pakai kacamata. dan saya lebih tampan dari dia. :3


2.       Jumrang (Laxus Dreyar)



Cucu dari Makarov (Master Fairy Tail) sekaligus calon Master Fairy Tail yang baru, seorang Dragon Slayer petir. Karakternya kuat, bossy, dewasa, santai tapi serius, dan sangat peduli –meskipun di awal cerita sempat jahat-. Karakter ini sangat mirip kak Jumrang, dia ‘kuat’ dari segi kepenulisan, bos dari kami semua karena ketua FLP Makassar, dewasa karena Kak Jum sudah ‘tua’, dan peduli dengan kami semua. Selain itu, luka di wajah Laxus juga mirip dengan kondisi fisik kak Jumrang yang juga memiliki ‘luka’ di bagian kepalanya. Suatu waktu yang lampau sebelum saya mengenal Fairy Tail, saya pernah menggambar Kak Jumrang dan membayangkan seperti apa dia dan karakternya kalau di-manga-kan, dan hasilnya mirip Laxus. :D


3.       Ahmad –Cekidot- (Gray Fullbuster)



Gray merupakan soul mate Natsu yang seorang penyihir es (Ice Maker). Orangnya dingin, tenang, penuh perhitungan, dan cerdas, sama seperti Cekidot yang merupakan soul mate saya meskipun gene kepenulisan kami bebeda, saya fiksi-puisi, Cekidot nonfiksi persis seperti api dan es. Gray punya kebiasaan melepas pakaiannya dimanapun dan kapanpun, hal tersebut saya temukan pada Cekidot yang terkadang melepas bajunya saat di Ramsis (Asrama Mahasiswa). :D


4.       Isma Ariyani Iskandar (Lucy Heartfilia)

      Kak Isma ini karakternya mirip Lucy, seorang putri konglomerat dan seorang penyihir yang mengendalikan beberapa Rasi Bintang (Celestial Wizard).Orangnya  cantik, semangat, pantang menyerah, tapi kadang mudah menangis. Di Fairy Tail, Lucy merupakan sahabat sejati Natsu, emreka selalu menjalankan misi bersama dan melakukan hal-hal gila bersama. Saya lalu teringat beberapa hal yang biasa saya lakukan dengan kak isma. Something yang membuat saya berkata, “Oke Lucy, let’s rise against the world! “ Kha kha kha :D Oh iya, Lucy juga seorang –calon- penulis terkenal dan sekarang menjadi seorang jurnalis yang sibuk dengan pekerjaannya persis kak Isma. 



5.       Rafiqah Ulfah Masbah –Azure Azalea- (Erza Scarlet)

Kuat, karismatik, anggun, tapi rapuh. Sosok Erza sangat cocok dengan kak Fiqah, seorang penyihir tangguh dengan sihir perubahan armor yang disesuaikan dengan kebutuhannya. Meskipun nama penanya Azure Azalea (Azalea Biru), namun menurut saya lebih cocok dengan sebutan Scarlet Azalea (Azalea Merah) karena akhir-akhir ini dia senang menggenakan jilbab merah :D, mirip rambut Erza yang scarlet. Kak Fiqah salah satu Anak FLP yang power full, terkenal sebagai penyair, punya banyak fans, dan baik hati –baik banget-. Tapi meskipun tampak kuat dari luar, sebenarnya kak Fiqah ini rapuh di balik senyumannya –yang seperti armor tak tertembus-. Dia butuh orang-porang yang menjaganya untuk tetap kuat, ya itulah gunanya guild, itulah gunanya keluarga, itulah gunanya kami. :)

Baiklah, mungkin untuk saat ini itu saja dulu yah, selanjutnya untuk teman-teman yang lain, tunggu saja kha kha kha.


To be continued …

Fairy Tale of Fairy Tail




Saya kembali membunuh waktu dengan anime. Beberapa hari belakangan, episode-episode Fairy Tail yang tak sempat saya nonton berbulan-bulan menjadi pekerjaan saya di sela-sela kesibukan menulis –skripsweet- dan menjaga Library and Laboratory of Anthropology. 

Fairy Tail yang mulai saya tonton sejak 2013 silam sukses membuat pikiran saya melayang ke jauh entah. Penuh imajinasi tentang dunia yang dikuasai para penyihir –seperti Harry Potter 9dan saya maniak Harry Potter)-. Masing-masing penyihir memiliki spesialisasi masing-masing, ada sihir api, sihir air, sihir es, sihir merubah wujud jadi monster, sihir menggunakan armor super kuat, sihir mantra, dan lain-lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya –saking kreatifnya-. Namun yang terkuat di antara mereka adalah orang-orang yang disebut Dragon Slayer (Pembunuh Naga). Diceritakan bahwa naga adalah makhluk terkuat di negeri itu, dan hanya Dragon Slayer-lah yang mampu membunuhnya.

Para penyihir mampu menyambung hidup dengan menerima permintaan misi yang imbalannya sesuai dengan tingkat kesulitan misi tersebut. Nah, misi-misi ini hanya bisa diambil –secara resmi- jika penyihir tersebut bergabung ke sebuah Guild (organisasi, sekretariat sekaligus ‘rumah’ bagi para penyihir) dan dipimpin oleh seorang Master. Ada ratusan guild yang tersebar di seantero negeri, tapi yang menjadi pusat –‘tokoh utama’- dari  anime ini adalah sebuah guild yang merupakan guild terhebat, terheboh dan paling rusuh, Fairy Tail.

Anime dengan soundtrack penuh ‘musik fantasi’ ini menceritakan kisah petualangan seru anggota Fairy Tail dalam menjalankan misi-misi dan mengalahkan musuh-musuh. Karakter yang ditampilkan sangat khas dan hidup. Sebut saja Natsu, seorang Dragon Slayer api yang hobinya makan api, membara, penuh elan, pantang menyerah, suka tantangan, rusuh, tapi mabuk kendaraan. Ada juga Lucy, seorang putri pengusaha terkaya tapi kabur dari rumah dan bergabung dengan Fairy Tail. Gray, seorang penyihir es yang dingin, penuh perhitungan tapi suka telanjang tanpa sadar. Ada pula Erza, penyihir berambut scarlet yang jurusnya menggunakan armor sesuai musuh yang dilawan. Ada pula dua Dragon Slayer lain, yakni Wendy –Dragon Slayer angin- , perempuan polos dan suka tidak enakan pada orang, dan Gajeel –Dragon Slayer besi- pemakan besi, penuh tindik, rocker dengan suara pas-pasan. Dan semua Dragon Slayer ini ditemani oleh seekor kucing bersayap –disebut Exceed- yang menjadi sahabat perjalanan mereka kemana saja.

Seperti anime yang diangkat dari komik-komik buah karya Hiro Mashima, ceritanya berjalan apik, epik, dan menarik. Meskipun konflik utama dalam anime ini adalah megalahkan Zeref –penyihir hitam yang merupakan leluhur seluruh penyihir- dan menghancurkan pengikut-pengikutnya, ada banyak konflik-konflik atau section-section lain yang saling terkait. Yang paling saya suka, anime ini penuh kejutan-kejutan tak terduga. Ada banyak kisah cinta, ada banyak kisah ‘insaf’ dan ada banyak lelucon khas Mashima yang berhasil membuat saya tertawa sambil guling-guling. 

Saat menonton anime ini, saya merasa pesan yang menonjol adalah keluarga bisa saja berasal dari mana saja, bukan hanya hubungan sedarah atau perkawinan, tapi relasi sosial –disebut sahabat- yang mana kita merasa nyaman dan aman, itu juga keluarga –saya mengutip sedikit pendapat Prof. Mattulada-. Dan sebagai keluarga, maka anggotanya harus selalu saling melindungi satu sama lain. Amanat lain yang menonjol adalah jangan pernah menyerah untuk terus memperjuangkan kebenaran.  Well, sebuah anime yang fantas(t)i(s)!


Kamis, 02 April 2015

Sebelum Mencari Surga di Luar Jauh, Cari Dulu di Rumahmu –Sebuah Deskripsi dan Review Film “Ada Surga di Rumahmu”




“Mother, I am always close to you
I will be waving every time you leave
Oh, I am you
The care, the love, the memories
We are the story of one.” –Nightwish

            Otak saya secara spontan membuka folder musik dan memutar lagu berjudul Our Decades in the Sun milik Nightwish  saat mata saya menatap film berjudul Ada Surga di Rumahmu, sebuah film bergenre drama keluarga yang disutradari oleh Aditya Gumay dengan quote Surga itu begitu dekat. Tapi, mengapa kita sibuk mengejar yang jauh?
            Pagi saat mall belum buka, saya dan sembilan anggota keluarga Forum Lingkar Pena -cabang Makassar- sudah berhasil membuat satpam bertanya heran, “mau kemana, Pak?”  Untungnya kami berhasil menuju studio XXI tempat pemutaran perdana film yang diangkat dari novel dengan judul yang sama tersebut. Kami bukanlah maniak film, tapi berhubung adanya undangan sebagai bagian dari promosi film untuk hadir saat pemutaran perdana, kami tidak menyia-nyiakan kesempatan. Film ini tidak membuat kami mengeluarkan sepeserpun rupiah, bayarannya berupa review yang -teman-teman sedang baca ini-.
         Film dimulai dengan kalimat tahlil dan gesekan roda ranjang pasien pada lantai di sebuah rumah sakit. Nampak terbaring seorang ibu yang sedang dilarikan ke ruang UGD. Setelah itu, scene berpindah ke tepian sungai Musi yang dipenuhi rumah-rumah bertaman eceng gondok di tahun 2004, nampak seorang anak –Ramadhan kecil- meneteskan air mata saat berceramah tentang kasih Uwais al-Qarni –sahabat Rasulullah- pada ibunya yang renta. Mulai dari sini, saya sadar bahwa filmnya beralur mundur.
            Nyatanya laku Ramadahan kecil tak sejalan dengan tutur, ia ternyata pemalas, nakal dan tidak penurut pada orang tuanya. Sampai suatu waktu ia dikirim ke pesantren milik ustaz Athar (ustaz Ahmad al-Habsyi), Umi-nya (Elma Theana) sangat sedih melepas kepergian Ramadhan, pula dengan Abuya-nya (Budi Khairul) yang mengantar  anak keduanya itu untuk memperoleh pendidikan agama yang baik sesuai harapan mereka.
         Hidup di pesantren –jauh dari orang tua dan mandiri- membuat kenakalan Ramadhan berkurang, ia lantas mengembangkan kemampuan berceramahnya meskipun awalnya ia dan dua rekannya –yang satu kurus berkacamata dan yang satu gemuk hobi makan- terkadang melanggar peraturan pesantren, tapi begitu beranjak dewasa dan menjadi ustaz, Ramadhan (Husein Alatas) dan dua rekannya tersebut membantu ustaz Athar mengelola pesantren.
            Perahu memang tenang berdiam di tepian Musi, tapi bukan itu tujuan perahu tersebut dibuat. Perahu yang kuat adalah perahu yang berhasil ke tepian seberang saat angin dan arus menerpa. Begitu pula dengan manusia, diciptakan tidak untuk dibiarkan begitu saja. Ujian dan godaan adalah sesuatu yang mutlak, dan hanya orang kuat yang berhasil sampai ke tepian bernama ‘kelulusan’. Di pertengahan film, Ramadhan diberi godaan. Ia berada di berbagai persimpangan. Persimpangan pertama, Ramadhan berniat merubah haluan hidupnya menjadi aktor film laga begitu menerima tawaran dari salah seorang kru film. Jika ia terpilih saat casting, ia akan jadi artis dan menetap di Jakarta seperti yang ia impikan sejak kecil. Tinggalkan kehidupan pesantren yang telah ia bangun bertahun-tahun, tinggalkan kakak, adik, Umi, dan Abuya.
        Tanpa pamit pada keluarga dan usatz Athar, ia dan dua sahabatnya mencoba peruntungan dengan ke Jakarta untuk ikut casting. Mungkin ini yang disebut dengan jalan Tuhan, halangan datang tanpa restu orang tua. Casting untuk film laga diundur tiga hari sehingga mereka bertiga harus tinggal di masjid. Sampai suatu malam, Ramadhan terbangun karena mendengar tangisan seorang yatim-piatu di dalam masjid yang berharap agar kedua orang tuanya hidup kembali. Sadar telah melakukan kesalahan, Ramadhan membawa dirinya pulang di hari yang seharusnya ia menunjukkan aksinya bersilat di depan sutradara.
            Ramadhan juga disambut oleh persimpangan perasaan. Ia –sepertinya- memiliki hati dengan Kirana (Zee Zee Shahab), seorang artis film asal Palembang berhati mulia dan dermawan, sedangkan di satu sisi ia juga memiliki perasaan dengan teman sepermainannya sejak kecil yang sangat sayang pada keluarga Ramadhan, Nayla (Nina Septiani). Ini bukan pilihan asal, sebab kedua perempuan tersebut juga mencintai Ramadhan.  Meskipun hingga akhir film tidak juga dikisahkan di dermaga siapa hati Ramadhan akan menghunjam sauh, tapi beberapa tanda mengisyaratkan kemungkinan Ramadhan akan memilih Nayla.
          Ujian lain yang dihadapi Ramadhan adalah terungkapnya kebenaran saat ustaz Athar yang telah sakit-sakitan sejak lama berada di pelabuhan maut, beliau menyampaikan bahwa, Abuya Ramadhan-lah yang mendonorkan ginjalnya beberapa tahun lalu sebab beliau menderita gagal ginjal dengan bayaran mendidik Ramadhan hingga menjadi ustaz berhati mulia. Mendengar itu, Ramadhan bercita-cita untuk senantiasa membaktikan hidupnya untuk pendidikan agama, dan orang tuanya.
        Ujian, ujian, dan ujian, belum hilang duka Ramadhan sepeninggal ustaz Athar, Umi-nya mengacaukan sebuah pesta di rumah Kirana saat penyakitnya kambuh –dan Ramadhan mendapat perlakuan tidak sopan dari ibu kirana-. Umi Ramadhan yang segera dilarikan ke UGD mengalami  kesalahan saraf di kepala hingga kehilangan kemampuan untuk berbicara. Sampai di sini, saya sadar bahwa alur cerita telah maju kembali.
         Di akhir film, Ramadhan mengucap syukur pada penguasa Musi dan alam semesta, sebab Ramadhan pada akhirnya bisa tampil di televisi –seperti artis- dengan berceramah, sebuah cita-cita yang berasal dari doa kedua orang tuanya dan orang-orang yang sayang pada Ramadhan.
            Film ini termasuk film yang mengangkat tema religi. Banyaknya motif-motif religi di film ini tidak lepas dari novel aslinya yang merupakan terbitan Mizan dan memang diangkat dari kisah nyata ustaz Ahmad al-Habsyi itu sendiri. Tapi meskipun bertema religi, ada banyak nilai-nilai universal yang dijunjung tinggi. Toh bukankah kebudayaan manapun mengharuskan seorang anak untuk berbakti pada orang tuanya?
            Secara teknis, film ini juga berusaha mengekspos salah satu keindahan alam Indonesia, yakni sungai Musi. Dari awal hingga akhir film, sungai ini menjadi setting utama adegan-adegan menarik. Tidak ketinggalan, isu-isu sosial masyarakat Indonesia juga berhasil diangkat tanpa adanya sesuatu yang bersifat ‘dipaksa-paksakan’, seperti kenakalan Ramadhan kecil yang tidak dibuat senakal mungkin unuk menciptakan efek dramatis dan insaf di akhir film. Lagu daerah –dan sesekali dangdut- yang diputar di beberapa scene juga mencerminkan betapa orang-orang di Palembang masih mencintai musik khas tanah air.
           Penceritaan adegan demi adegan berjalan harmonis, antara lucu sampai penonton tertawa, sedih sampai penonton meneterskan air mata –ini terjadi pada penonton di sebelah saya, sebut saja Mawar-, so sweet, keren, hingga membanggakan. Sebuah kombinasi menarik untuk dinikmati dan mempermainkan emosi.
          Hanya saja, seperti pada kebanyakan film-film lain yang diangkat dari sebuah novel, -meskipun saya belum baca bukunya-  saya yakin ada banyak adegan yang tidak diceritakan lengkap sehingga terkesan melompat dan tidak sesuai dengan logika cerita. Selain itu, ketidak konsistenan tokoh Nayla menjadi celah tersendiri dalam film ini. Ia awalnya tokoh yang menjaga batas-batas antara laki-laki dan perempuan, namun entah mungkin karena terbawa arus perasaan –seperti inkonsistensi pada kebanyakan perempuan-, batas-batas itu mulai kabur. Ia mau saja berboncengan dengan laki-laki yang bukan mahramnya dan pergi menikmati senja berdua di tepian Musi. Bukankah ini sama saja mengajarkan hal-hal yang kurang berkenan jika ditinjau dari sudut pandang Islam? Pantaskah seorang pendakwah melakukan itu? 
        Celah lain yang mungkin kebanyakan dari kita tidak memperhatikan adalah 'bocornya' film saat Ramadhan kecil sibuk membaca komik Naruto. Sepintas seperti tak ada yang salah, tapi jika teman-teman adalah pembaca komik dan maniak Naruto seperti saya, kalian akan menemukan bahwa komik Naruto yang dibaca Ramadhan kecil adalah komik volume 59 yang baru terbit awal tahun 2014 silam sedangkan setting film mengambil tahun 2004. Jadinya bocor kan? Sedikit saran, sutradara seharusnya lebih jeli melihat hal-hal kecil seperti ini, sebab penontonnya bisa jadi berasal dari berbagai kalangan, termasuk pencinta anime.
            Pada akhirnya, Film ini mengajarkan kita sesuatu yang mungkin telah hilang dari manusia di generasi kita. Kita sibuk menghabiskan waktu dengan menjadi aktivis yang berdiri di danger line demi kepentingan masyarakat, ceramah di sana-sini, sedekah ke orang miskin, menulis kisah atau puisi tentang kebaikan saling mengasihi, berdakwah sampai ke pelosok negeri dengan harapan surga mampu diraih, tapi pernahkah kita menyibukkan diri dengan orang tua kita, terutama ibu?  Pernahkah kita berdiri di garis terdepan saat ibu sedang meminta bantuan? Pernahkah kita menulis sesuatu tentang dia sebagai persembahan terima kasih karena telah lahir? Kita masih sibuk mengejar surga di luar jendela sampai-sampai lupa bahwa surga sebenarnya ada di dalam rumah kita sendiri. Sebelum kita terpaksa mencari surga yang jauh, rawatlah surga itu sepenuh hati selagi beliau masih di sini.


    Ini anak-anak FLP -Makassar- yang bergaya seolah artis filmnya :3