Konstelasi Imajinasi

Minggu, 12 November 2017

Hal-Hal Keren dan Hal-Hal Mengganggu dalam Film Duka Sedalam Cinta

Ketika tahu Duka Sedalam Cinta akhirnya akan diputar di bioskop seluruh Indonesia, saya lalu buru-buru mengecek jadwal kapan film inspiratif yang diangkat dari cerpen milik Helvy Tiana Rosa ini ditayangkan di Makassar. Tapi saya kemudian heran dan menganggap sepertinya pihak studio melakukan hal yang kurang tepat, tidak ada jadwal film Duka Sedalam Cinta ditayangkan di Makassar. Saya lalu mengeceknya sekali lagi, siapa tahu saya salah lihat, tapi benar, memang ada jadwal untuk Sulawesi, tapi tak ada jadwal untuk Makassar. 

Begitu sadar apa yang saya lihat itu benar, saya merasa kecewa. Film edukatif dan inspiratif seperti ini kenapa tidak ditayangkan? Sayang sekali. Tapi ternyata bukan saya satu-satunya yang merasa kecewa, seluruh teman-teman FLP dan beberapa komunitas serta organisasi Islam di Makassar juga merasakan kekecewaan yang sama. Oleh karena itu, diinisiasi oleh lembaga dakwah Nuruttarbiyah UNM dan beberapa komunitas juga organisasi di Makassar seperti Forum Lingkar Pena cabang Makassar dan Komunitas Pencinta Film Islami, mereka bekerja sama. Pokoknya, bagaimana pun caranya, film Duka Sedalam Cinta harus ditayangkan di bioskop tempat anging mammiri ini berembus.

Setelah melobi pihak XXI, akhirnya film Duka Sedalam Cinta akan ditayangkan secara eksklusif sebanyak empat kali –lima kali jika ditambahkan dengan penayangan khusus untuk Sekolah Islam Putri Darul Istiqamah (SPIDI)- yakni hari kamis sebanyak dua kali (siang dan malam) juga hari sabtu (siang dan malam pula). Saya sendiri mengambil tiket hari kamis siang (jam pertama), saya tidak mau ketinggalan, pokoknya saya harus menjadi salah satu orang yang menyaksikan pemutaran perdana film ini di bumi Syekh Yusuf.

Saat mulai registrasi ulang, saya didahului oleh seorang ibu-ibu yang memesan 18 deret kursi untuk teman-temannya, akibatnya, saya dapat tiket duduk kedua terdepan. Seandainya saya datang lebih awal, mungkin saya bisa duduk di dua baris belakang saya. Tapi tidak masalah, bahkan jika tidak dapat kursi sekali pun, saya rela asal bisa nonton film keren ini.

Lokasi syuting di Halmahera Selatan. Sumber: secangkirfilm.wordpress.com


Setiap film memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Saya akan mendeskripsikan beberapa kelebihan dalam film ini, namun juga akan berimbang dengan menjelaskan beberapa kekurangannya. Saya akan objektif dan jujur seperti saya jujur pada diri sendiri. Sebab, kita tidak bisa bangkit dan maju jika dibuai dengan pujian tanpa kritik juga saran yang membantu. Saya memang bukan pakar perfilman, anggap saja review ini ditulis oleh penonton yang berusaha menjelaskan beberapa hal dari perspektif sendiri.

Saya akan memulai dengan menyebutkan beberapa hal keren dalam film ini. Pertama, idenya yang menarik, inspiratif dan bikin baper. Kedua, pemilihan lokasi dan teknik pengambilan gambar yang keren. Ketiga, suara latar dan original soundtrack yang syahdu lagi menggetarkan.

Pertama, ihwal ide. Tidak dipungkiri lagi bahwa ide dasar film ini diangkat dari cerpen inspiratif Helvy Tiana Rosa berjudul Ketika Mas Gagah Pergi yang juga menjadi judul film sebelum ini. Sejak masih dalam bentuk cerpen, Ketika Mas Gagah Pergi telah membuat beberapa remaja di masanya mulai menyadari dan menyelami diri sendiri untuk menjadi lebih baik dan berarti. Memang tidak bisa dipungkiri, kepiawaian Helvy Tiana Rosa dalam membuat cerita betul-betul mengangumkan. Ada ‘riak’ tak terduga yang kerap muncul di pertengahan film. Belum lagi, teknik penyusunan dari satu scene ke scene yang lain dibuat agak acak. Hal itu saya kira agar penonton mendapat sendiri sensasi ‘menebak-nebak’ seperti apa yang akan terjadi, peristiwa ini setelah peristiwa apa, dan lain-lain. Hal ini menurut saya keren, sebab beberapa film Hollywood juga menggunakan teknik serupa ini. Beberapa bagian dalam cerita pun sukses membuat beberapa penonton berkaca-kaca bahkan sampai meneteskan air mata. Memang bagi mereka yang telah terjun ke dunia dimana Mas Gagah digambarkan bergelut di dunia itu –tidak lain adalah dunia dakwah-, akan merasakan sensasi yang “Ini saya banget, dakwah memang harus berdarah-darah”. Juga bagi mereka yang baru saja berhijrah, akan merasakan betul apa yang dirasakan oleh Gita. Terlebih, bagi mereka yang pernah merasakan kehilangan, perasaan sakit dikoyak kenangan itu memang sesuatu yang membuat air mata tak bisa terbendung.

Kedua, mengenai pemilihan lokasi dan teknik pengambilan gambar yang keren. Harus diakui, film ini punya latar tempat yang luar biasa keren pakai banget. Menggali potensi alam di Halmahera, semuanya serba pantai berpasir putih, pulau, laut, dan langit. Saya seperti melihat secuil surga dalam film ini. Penonton yang lain pun pasti merasakan hal yang sama –seperti yang duduk di bangku belakang saya, setiap latarnya berganti pemandangan alam, mereka berdecak kagum. Saya sebagai penonton merasa mata saya dimanjakan dengan pemandangan alam tersebut. Apa lagi, teknik pengambilan gambarnya yang memang bagus dan profesional, menambah kesan indah pada setiap scene pemandangan yang ditampilkan.

Ketiga, perihal suara latar dan original soundtrack yang syahdu lagi menggetarkan. Mengusung beberapa penyanyi yang suaranya syahdu, soundtrack dalam film ini turut membangun atmosfer sedu sedan dalam ruang bioskop. Sebut saja lagu Rabbana, begitu film mencapai klimaks dan lagu ini diputar dengan volume yang lantang, suasana haru kemudian membanjiri bioskop. Beberapa orang sempat saya perhatikan mengeluarkan beberapa lembar tisu dari tasnya. Mereka menangis, bahkan ada yang sampai terisak. Emosi ini selain disebabkan oleh apa yang saya tulis di atas –mengenai perasaan ini saya banget, juda disebabkan oleh kekuatan lagu.

Apa yang saya tulis di atas merupakan ihwal positif dari film Duka Sedalam Cinta. Namun, tak ada mahakarya yang sempurna, serupa tak ada gading yang tak retak. Jika ada hal positif, tentu manusia tak pernah luput dari hal negatif. Sama halnya dengan film ini. Beberapa hal yang menurut saya menganggu dalam film ini seperti lakon pemain yang masih agak kaku, kesan mengkhutbah di beberapa bagian, dan akhir yang memburu.

Pertama, lakon (acting) pemain yang masih agak kaku. Di beberapa scene terlihat, lakon tokoh Mas Gagah (Hamas Syahid) masih agak kaku, sehingga kesan yang ditimbulkan kepada penonton itu kurang dapat. Hal ini mungkin saja dapat dimaklumi, karena beberapa aktor merupakan pemain baru. Namun, apa yang ditampilkan Mas Gagah agak bertolak belakang dengan yang ditampilkan oleh tokoh Gita. Aquino Umar justru berhasil melakonkan tokoh Gita dengan sangat baik –saya malah langsung ingin menjadi fans sama si Gita karena karakternya yang lucu dan dapat banget. Mungkin sebaiknya, di film-film selanjutnya, Hamas harus berlakon lebih alami dan kekakuannya sudah hilang. Hal mengganggu lain terkait keaktoran adalah, aksesoris jenggot Mas Gagah yang sangat kentara artifisialnya. Di film lain, jenggot tersebut bagusnya dibuat sedemikian rupa agar terkesan lebih profesional, produser harus betul-betul focus on each detail.

Hal mengganggu kedua adalah gamblangnya kesan mengkhutbah di beberapa bagian. Hal ini saya kira dilematis, sebab di satu sisi, kita perlu menunjukkan dakwah secara terang-terangan, namun di sisi lain, justru mengurangi esensi estetika film itu sendiri. Maka sebaiknya, dakwah di sini tidak terlalu dimunculkan serupa ‘mengkhutbah’ agar film ini tidak terkesan terlalu eksklusif bagi beberapa kelompok. Dakwah yang diselipkan dengan membawa nilai universalitas Islam justru sebetulnya lebih mudah berterima di masyarakat, sebab bahasannya tidak terjebak dalam frame bahasa agama yang sifatnya doktrin dan dogma belaka, tetapi ada unsur keumuman di mana Islam masuk ke pembahasan-pembahasan tersebut, menjadi ruh yang menggerakkan kebaikan-kebaikan lain yang hadir sebagai bentuk konsekuensi kemudian.

Ketiga, akhir yang memburu. Akhir film ini sebetulnya agak mengganggu bagi saya. Menurut saya, cukuplah scene dimana Yudi (Masaji) berdakwah di metro mini sebagai akhir yang meneduhkan dari pada narator harus menceritakan panjang lebar persitiwa jauh setelah scene tersebut. Ketimbang menjelaskan beberapa kematian dan kelahiran di akhir film ini –yang penjelasannya serupa kesimpulan yang dibaca tidak lebih lima menit, mungkin lebih bagus akhir film ini dikembangkan dan dibuat menjadi satu film lagi sehingga bisalah disebut sebagai trilogi Ketika Mas Gagah Pergi. Bisa pula ditambahkan bagaimana adik dan sahabat-sahabat Mas Gagah berjuang dalam cinta dan dakwah hingga melahirkan keturunan yang memiliki semangat yang sama.

Pada akhirnya, begitulah setiap mahakarya, selalu ada positif dan negatifnya. Saya sendiri menganggap, keseluruhan film ini sangat layak untuk ditonton bersama teman juga keluarga. Inspiratif dan memotivasi. Sayangnya, secara pribadi, saya merasa film ini tidak bersuai dengan zona waktu hidup saya. Film ini menjadi sangat lambat untuk ditayangkan, sebab, seandainya film ini ditayangkan sekira tahun 2002-an, saya mungkin akan memperoleh didikan yang bermanfaat sewaktu kecil. Selain itu, film ini menjadi sangat cepat ditayangkan sebab anak saya baru berusia dua bulan. Belum bisa diajak masuk bioskop dan penanaman nilai-nilai serupa itu masih sulit dipahami olehnya. Semoga ke depan, film-film edukatif yang mengusung ideologi tetentu dan independen ‘berdikari’ dari segala intervensi yang merusak ideologi yang dipahami mampu terus eksis di tengah film-film pragmatis.

Akhir film Duka Sedalam Cinta. Sumber: secangkirfilm.wordpress.com

Minggu, 05 November 2017

Astra, Peningkatan Kualitas Kesehatan, dan Wacana Makassar Menuju Kota Dunia

 Makassar yang kini tumbuh menjadi kota besar dengan segala tetek-bengeknya, dirancang menjadi kota yang dicanang sebagai kota dunia. Pemerintah Kota Makassar telah membuat beberapa program yang mendukung visi besar tersebut, di antaranya; konsep Makassar Tidak Rantasa’ dan konsep Makassar Smart City. Kedua konsep revolusioner ini kemudian bertemu dalam detak yang sama, yakni peningkatan kualitas kesehatan warga masyarakat.

Kualitas kesehatan ini bisa ditingkatkan dengan berbagai cara, seperti penyuluhan pola hidup sehat dan peningkatan kualitas pelayanan di bidang kesehatan. Ini merupakan ihwal penting yang jarang dimunculkan ke publik, sebab tak ada kota dunia (world city) di belahan bumi mana pun yang warganya ‘pincang’ dari segi kesehatan mulai dari pola hidup tidak sehat, hingga dari segi pelayanan dan teknologi kesehatannya

Pola hidup sehat sangat erat kaitannya dengan pencegahan berbagai macam penyakit. Hidup sehat diawali dengan lingkungan yang sehat. Makassar jauh-jauh hari penuh sampah yang berceceran di jalan-jalannya, kanalnya hitam selegam nasib orang-orangnya, juga lorong-lorong tidak tertata rapi sehingga menimbulkan kesan kumuh dan tertinggal. Namun beberapa tahun ini, citra tersebut sedikit demi sedikit mulai berubah

Makassar Tidak Rantasa’ merupakan program ‘revolusi mental’ bagi warga Makassar untuk peduli lingkungan, misalnya pembersihan dan penataan lorong, program LISA (Lihat Sampah, Ambil) dan pengadaan mobil Tangkasaki yang lebih mutakhir ketimbang truk sampah sebelumnya. Ketiga program ini cukup efektif mengubah wajah Makassar dan pola pikir warganya. Upaya-upaya ini merupakan langkah awal yang nyata agar masyarakat terhindar dari penyakit yang bisa ditularkan melalui lingkungan jorok dan kotor, seperti diare, penyakit kulit, hingga penyakit dalam yang tergolong berat.

Kurangnya kualitas pelayanan dan belum adanya teknologi kesehatan mutakhir menjadi salah satu masalah yang perlu diselesaikan agar tidak berlarut-larut. Beberapa tahun belakangan, sebagai bagian dari perjalanan kota anging mammiri ini, pemerintah kota Makassar memiliki support system untuk membenahi salah satu poin penting dalam menunjang Makassar Smart City, yakni pelayanan kesehatan yang canggih dan memadai.

Program Dottorotta’ Home Care merupakan salah satu upaya yang ‘mengawinkan’ konsep Makassar Smart City dengan upaya peningkatan pelayanan kesehatan dengan teknologi canggih dan memadai. Progam Dottorotta’ ini sebetulnya penyediaan beberapa unit mobil ‘ambulans’ canggih serbaguna dengan layanan 24 jam. Layanan in dilengkapi dengan telemedicine yang mutakhir , juga dapat dkses oleh seluruh warga Kota Makassar melalui telepon.

Apa yang telah dilakukan oleh pemerintah Kota Makassar ini merupakan langkah-langkah riil yang menunjang perbaikan kualitas kesehatan masyarakat. Namun nampaknya, program-program ini belum cukup untuk menampung persoalan-persoalan kesehatan warga Makassar. Oleh karena itu, diharapkan beberapa stakeholder turut memberi sumbangsih riil terhadap perwujudan peningkatan kualitas kesehatan warga.
Suatu kesyukuran karena PT. Astra Internasional memiliki CSR di bidang kesehatan.

Beberapa program Astra ini telah memberikan dampak riil bagi warga Makassar dan turut membantu pemerintah kota dalam mewujudkan visi besarnya. Beberapa program CSR PT. Astra yang sesuai dengan program Pemkot tersebut misalnya Lorong Astra dan Mokesa (Mobil Kesehatan Astra)

sumber: www.mugniar.com


Lorong Astra merupakan program Astra yang serupa dengan program pemkot dalam membenahi kota yang dimulai dengan pembenahan lorong –yang sebetulnya mendominasi jenis ruang jalan di Makassar- Lorong ini sangat penting, jika seluruh lorong di Makassar dibenahi dengan baik –juga mental orang-orang yang tinggal di sana-, maka lorong bukan lagi gang-gang sempit yang sarat akan kriminalitas dan kejorokan, tetapi menjadi sebuah gang asri tempat aktivitas positif dilaksanakan. Astra sendiri telah membina lorong di Jl, Rappocini, bukan hanya dari penampilan fisiknya, tapi juga mental warga di sana. Ini mungkin hanya sebatas langkah awal bagi perbaikan lorong-lorong yang lain, atau, perusahaan lain bisa mengikuti jejak PT Astra Internasional sebagai inovator pertama yang menjadikan pembenahan lorong sebagai salah satu pelayanannya terhadap masyarakat.

Mokesa (Mobil Kesehatan Astra) merupakan program lain yang manfaatnya sudah dirasakan oleh warga masyarakat. Konsepnya tidak jauh beda dengan mobil ambulans Dottorotta’ Homecare milik Pemkot. Fasilitas yang berada dalam Mokesa pun tidak kalah canggih dengan teknologi pada Dottorotta,_, begitu pun dengan pelayanan yang diberikan. Keberadaannya sangat membantu program pemerintah kota. Inilah sumbangsih riil dari PT. Astra Internasional.

Sumber: auto2000.co.id