Sebagian orang masih banyak yang salah
kaprah akan jawaban dari pertanyaa diatas. Ilmu tentang fosil-fosil lah,
kerajaan-kerajaan lah, hingga tulang-belulang menjadi jawaban yang tak
asing di telinga. Belum lagi jawaban seperti “Tidak tahu, Apa itu?”
hanya membuat akademisi yang bergelut di bidang ini menjadi gusar.
Bagaimana tidak, ilmu yang begitu luar biasa ini sangat tidak familiar
di kalangan masyarakat yang seharusnya harus tahu akan potensi besar
dari ilmu ini. Baiklah mari kita mulai saja perkenalannya secara
singkat.
Antropologi dari segi bahasa berasal dari bahasa Latin, yakni Anthopos yang berarti Manusia dan Logos yang berarti Penalaran atau Ilmu. Jadi, Antropologi secara etimologi, berarti:
“Imu tentang Manusia”
Yang dipelajari dalam ilmu ini
adalah seluruh aspek pada diri manusia, baik dari aspek fisik
(biologis), maupun dari aspek sosial-budaya. Namun dalam koridor
ilmu-ilmu sosial, tentu saja yang menjadi pembahasan keseharian hanyalah
Antropologi sosial-budaya, sedangkan kajian Antropologi fisik menjadi
santapan ilmu-ilmu kesehatan yang tentu saja lebih eksak.
Konsep kunci dalam Antropologi
adalah sebuah kata yang setiap hari kita dengar, kita baca, dan kita
lihat melalui media-media yang terpampang nyata, kebudayaan atau culture.
Mengapa demikian? Ingat, yang membedakan manusia dengan binatang adalah
akal-budi kita yang menjadi cikal kata budaya itu sendiri. Tanpa itu,
maka mustahil kita disebut manusia. Kita hanya akan disebut sebagai Big Ape
yang betul-betul bodoh. Mengingat bahwa mustahil kita melanjutkan
pembahasan ini tanpa mengetahui konsep kunci itu, maka ada baiknya jika
kita berkenalan dengan konsep itu.
Culture menurut Prof. DR Koentjraningrat adalah:
“Keseluruhan sistem gagasan,
tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik diri manusia dengan belajar”
Apa yang manusia pikirkan (sistem
gagasan), apa yang manusia lakukan (tindakan), dan apa yang manusia
hasilkan (artefak), kesemuanya adalah bagian dari kebudayaan. Dengan
kata lain, kebudayaan adalah segala sesuatu yang ada pada diri manusia.
Membuat nasi goreng adalah sebuah
culture karena dalam pikiran kita, telah terpetakan dengan jelas
langkah-langkah untuk membuatnya (nasi goreng). Ini merupakan sebuah
hasil olah pikiran. Kemudian kita melakukan proses pembuatan, yakni
memasak (tindakan). Lalu jadilah sepiring nasi goreng yang merupakan
sebuah hasil karya manusia. Perlu diingat disini, bahwa kemampuan kita
mengetahui seluruh bahan-bahan dan langkah-langkah untuk membuat nasi
goreng tidak datang dari langit begitu saja. Kita melihatnya dan tentu
saja mempelajarinya dari orang tua, dari orang yang berada di lingkungan
kita, dan bahkan dari berbagai macam media. Kesemua proses melihat
–mengamati- dan mempelajari hal-hal tersebut merupakan sebuah proses
pembelajaran kebudayaan yang berada di lingkungan sekitar kita yang pada
umumnya disebut Enkulturasi.
7 Unsur Kebudayaan (Versi On the Spot, *ups, maaf… versi Prof. Koentjaraningrat)
7 Unsur Kebudayaan (Versi On the Spot, *ups, maaf… versi Prof. Koentjaraningrat)
1. Sistem Pengetahuan
2. Sistem Religi
3. Bahasa
4. Sistem Mata Pencaharian Hidup
5. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
6. Organisasi Sosial
7. Kesenian
3 Wujud Kebudayaan
1. Sistem Gagasan (Kognisi) => yang manusia pikirkan
2. Sistem Tindakan/Kelakuan (Behaviour) => yang manusia lakukan
3. Hasil karya (Artefak) => yang manusia hasilkan
Hubungan antara Unsur dan Wujud Kebudayaan
Tiap unsur kebudayaan pasti memiliki 3 wujud dari kebudayaan itu sendiri. Misalnya tentang tarian gandrang bulo
yang merupakan contoh dari unsur kesenian dalam kebudayaan Makassar.
Segala pengetahuan mengenai cara menari dari para penarinya merupakan
wujud dari sistem gagasan, kemudian proses menarikan tarian tersebut
adalah wujud dari sistem tindakan. Adapun wujud artefa dari unsur
tersebut adalah segala benda (material) yang digunakan dalam proses
menari gandrang bulo misalnya pakaian, sarung, dan bahkan bulo atau
bambu itu sendiri. Intinya, tiap unsur dari sebuah kebudayaan pasti
memiliki wujud tersendiri.
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar