Kali ini saya akan menceritakan (melaporkan) salah satu kegiatan yang telah saya lakukan beberapa bulan lalu. Memang sih sedikit terlambat, tapi yah,diposting saja dari pada tidak terposting sama sekali. Hehehe...
Ada
yang tidak biasa di anjungan pantai Losari pada hari Jumat tertanggal 28 Maret
2014. Sore itu, kami melakukan salah satu kegiatan yang mungkin tidak akan kami
lupa seumur hidup. Kampanye anti Golput dan anti Money Politik.
Kami
memilih anjungan Pantai Losari sebab ruang publik tersebut adalah jantung kota
Makassar yang menjadi tempat nongkrong, tempat liburan –menghilangkan kepenatan- dan menjadi
tempat tepat untuk menikmati suasana pantai dengan panorama senja yang memukau.
Inti
kampanye pada hari itu adalah flashmob, namun kami melakukan lebih dari itu.
Bukan flashmob yang yang menjadi orientasi utama, namun bagaimana membuat
orang-orang yakin bahwa Money Politik merupakan indikator kredibel atau
tidaknya seorang caleg. Dan tentu saja, Money politik tidak akan menjadi solusi
perbaikan bangsa kita ke depan, pun golput.
Kami
semua tiba di anjungan pukul 15.30 Wita sore hari. Laut, awan mendung yang
berpawai dari timur ke barat serta anjungan dengan arsitektur modern bercampur
sentuhan lokal menyambut kedatangan kami dengan pakaian putih.
Jumlah
keseluruhan orang yang mengikuti rangkaian acara flashmob ini ada sekitar 50
orang lebih. Ini menjadi menarik, sebab anggota yang turun untuk melakukan
kampanye dan flashmob adalah 28 orang (12 laki-laki, 16 perempuan). Tambahan
‘personel’ itu berasal dari warga sipil yang antusias untuk ikut dalam
rangkaian acara sore itu.
Bagitu
kami tiba di anjungan, yang pertama kami lakukan adalah mencari tempat yang
sesuai untuk mengambil gambar. Memang yang menjadi fotografer dan videografer
adalah mahasiswa komunikasi Universitas Hasanuddin yang memang kompeten di
bidangnya. Sambil mencari lokasi, kami bagi-bagi brosur, pamflet serta stiker
kepada warga yang hadir.
Dan
bak film India, kami menyetel musik, bernyanyi sambil menari setelah menemukan
tempat yang dirasa sesuai untuk menarik atensi. Yang perlu dicatat, kami tidak
hanya melakukan flashmob sekali, tapi dua kali di tempat yang berbeda. Oh iya,
salah satu Tv lokal (Ve-Channel) sempat meliputi rangkaian acara flashmob
tersebut.
Setelah
flashmob, kami foto bersama dan memamerkan spanduk. Dan satu hal lagi, sambil
kembali bagi-bagi alat peraga anti golput dan anti money politik, salah seorang
dari kami sempat melakukan orasi dengan megafon laiknya demonstran yang
menuntuk perbaikan kinerja pemerintah. Bedanya, kami melakukan aksi damai,
tidak anarkis. Bedanya pula, selain berorasi di satu tempat, kami juga
mengelilingi anjungan sepanjang 2 Km.
“Kalau ada celeg yang money politik, kita sudah bisa menilai, belum
terpilih saja sudah main suap, apalagi kalau sudah terpilih. Dan, jangan
salahkan siapa-siapa kalau nanti wakil kita KKN, kan yang pilih mereka itu
Bapak Ibu sendiri.”.Tutur si Orator dengan berapi-api.
Salah
satu alasan mengapa momen tersebut menjadi berharga, sebab bukan hanya hari H
nya yang menjadi fokus kami, tapi hari-hari sebelum itu. Kami semua latihan
berhari-hari dari siang hingga malam untuk sebuah totalitas. Dan semuanya
terbayarkan begitu melihat antusias positif dari warga Makassar yang sempat
hadir sore itu.
Demikianlah
laporan hasil kegiatan –atau bisa kita sebut sepenggal kisah- dari anak-anak
muda yang menuntut hal sedehana namun –sedikit- sukar, negara yang lebih baik
ke depan.
***
1 April 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar