Seharusnya kurayakan
hari ini dengan secangkir kopi hitam
sambil membayangkan
hitam wajah dan nasib bapakku di kampung
bekas panggangan
matahari.
Bukan malah menghardik
dirinya
yang –ternyata- menutup
jalan menuju rumahnya sendiri.
(Makassar, Mei 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar