Sumber: http://copypast.ru/
1/
Memanah Purnama
Aisyah engkau tetap memandangi roda masa
tak tahu apa yang kaupikirkan
memberi kesaksian sejarah anak zaman
mengerti yang mereka butuhkan
kadang kau terpuruk
dalam duka bayang-bayang
kadang kau semangat
dalam suka terang
Aisyah kini langkahmu semakin terarah
berjuang untuk diri dan masa depan
berorasi dalam aksi bahagianya jiwa
hatimu sesuci kemuliaan
kadang pesimis melanda
sungguh hitam rasa
namun optimis
selalu membawa cahaya
Aisyah kau tak sendiri di tengah dunia
tetap melangkah bersama
walau semua tak seindah yang kau harapkan
kau tetap memanah purnama
dan tak lama kau semakin berjaya
hingga napasmu terengah
kau semakin terlihat indah
dalam rupa wanita
2/Bulan
yang Tak Purnama
tidakkah kaulihat Aisyah menangis?
tidakkah kaulihat Aisyah bersedih?
saat semua hilang entah dan pergi
saat semua sepi menghantui
mentari di siang tak lagi sakit
purnama telah berganti dengan sabit
tapi cerita Aisyah tak juga habis
kini ia berselimut sepi
selendang Aisyah dini hari
tak kenyang melahap makan dan pergi
lalu ia teriak dalam keheningan gelap sunyi
di bawah bulan yang tak purnama lagi
nurani mencari keyakinan diri
sebagai perempuan yang tak mesti nakal lagi
agar ia bukan sekadar sosok dan nama diri,
bukan sekadar sosok dan nama diri
Aisyah terus berlari
mencari sosok yang dapat memperbaiki
hijab yang melindungi diri dari
sengat dunia yang dapat menodai
malam-malam sepi
tanpa purnama lagi
mencari terus mencari
tanpa kenal henti
(Makassar, Januari 2013)
*
Terbit di harian Cakrawala
(Ini versi terbaru sebenarnya dari 2 puisi yang pernah kuposting saat masih awal-awal nge-blog :D)
(Ini versi terbaru sebenarnya dari 2 puisi yang pernah kuposting saat masih awal-awal nge-blog :D)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar