Konstelasi Imajinasi

Sabtu, 21 September 2013

Antropologi?

Sebagian orang masih banyak yang salah kaprah akan jawaban dari pertanyaa diatas. Ilmu tentang fosil-fosil lah, kerajaan-kerajaan lah, hingga tulang-belulang menjadi jawaban yang tak asing di telinga. Belum lagi jawaban seperti “Tidak tahu, Apa itu?” hanya membuat akademisi yang bergelut di bidang ini menjadi gusar. Bagaimana tidak, ilmu yang begitu luar biasa ini sangat tidak familiar di kalangan masyarakat yang seharusnya harus tahu akan potensi besar dari ilmu ini. Baiklah mari kita mulai saja perkenalannya secara singkat.

Antropologi dari segi bahasa berasal dari bahasa Latin, yakni Anthopos yang berarti Manusia dan Logos yang berarti Penalaran atau Ilmu. Jadi, Antropologi secara etimologi, berarti:

“Imu tentang Manusia”
 
Yang dipelajari dalam ilmu ini adalah seluruh aspek pada diri manusia, baik dari aspek fisik (biologis), maupun dari aspek sosial-budaya. Namun dalam koridor ilmu-ilmu sosial, tentu saja yang menjadi pembahasan keseharian hanyalah Antropologi sosial-budaya, sedangkan kajian Antropologi fisik menjadi santapan ilmu-ilmu kesehatan yang tentu saja lebih eksak.
 
Konsep kunci dalam Antropologi adalah sebuah kata yang setiap hari kita dengar, kita baca, dan kita lihat melalui media-media yang terpampang nyata, kebudayaan atau culture. Mengapa demikian? Ingat, yang membedakan manusia dengan binatang adalah akal-budi kita yang menjadi cikal kata budaya itu sendiri. Tanpa itu, maka mustahil kita disebut manusia. Kita hanya akan disebut sebagai Big Ape  yang betul-betul bodoh. Mengingat bahwa mustahil kita melanjutkan pembahasan ini tanpa mengetahui konsep kunci itu, maka ada baiknya jika kita berkenalan dengan konsep itu.
 
Culture menurut Prof. DR  Koentjraningrat adalah:
 
“Keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar”
 
Apa yang manusia pikirkan (sistem gagasan), apa yang manusia lakukan (tindakan), dan apa yang manusia hasilkan (artefak), kesemuanya adalah bagian dari kebudayaan. Dengan kata lain, kebudayaan adalah segala sesuatu yang ada pada diri manusia.
 
Membuat nasi goreng adalah sebuah culture karena dalam pikiran kita, telah terpetakan dengan jelas langkah-langkah untuk membuatnya (nasi goreng). Ini merupakan sebuah hasil olah pikiran. Kemudian kita melakukan proses pembuatan, yakni memasak (tindakan). Lalu jadilah sepiring nasi goreng yang merupakan sebuah hasil karya manusia. Perlu diingat disini, bahwa kemampuan kita mengetahui seluruh bahan-bahan dan langkah-langkah untuk membuat nasi goreng tidak datang dari langit begitu saja. Kita melihatnya dan tentu saja mempelajarinya dari orang tua, dari orang yang berada di lingkungan kita, dan bahkan dari berbagai macam media. Kesemua proses melihat –mengamati- dan mempelajari hal-hal tersebut merupakan sebuah proses pembelajaran kebudayaan yang berada di lingkungan sekitar kita yang pada umumnya disebut Enkulturasi.

7 Unsur Kebudayaan  (Versi On the Spot, *ups, maaf… versi Prof. Koentjaraningrat)

1. Sistem Pengetahuan
2. Sistem Religi
3. Bahasa
4. Sistem Mata Pencaharian Hidup
5. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
6. Organisasi Sosial
7. Kesenian

3 Wujud Kebudayaan

1.    Sistem Gagasan (Kognisi) => yang manusia pikirkan
2.    Sistem Tindakan/Kelakuan (Behaviour) => yang manusia lakukan
3.    Hasil karya (Artefak) => yang manusia hasilkan


Hubungan antara Unsur dan Wujud Kebudayaan

Tiap unsur kebudayaan pasti memiliki 3 wujud dari kebudayaan itu sendiri.  Misalnya tentang tarian gandrang bulo yang merupakan contoh dari unsur kesenian dalam kebudayaan Makassar.  Segala pengetahuan mengenai cara menari dari para penarinya merupakan wujud dari sistem gagasan, kemudian proses menarikan tarian tersebut adalah wujud dari sistem tindakan. Adapun wujud artefa dari unsur tersebut adalah segala benda (material) yang digunakan dalam proses menari gandrang bulo misalnya pakaian, sarung, dan bahkan bulo atau bambu itu sendiri. Intinya, tiap unsur dari sebuah kebudayaan pasti memiliki wujud tersendiri.
                                                                  
                                                                      *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar