Konstelasi Imajinasi

Rabu, 18 September 2013

Diskografi Avenged Sevenfold

Lama nggak nge-post sesuatu yang bernuansa musik, kali ini (dan sangat kebelet) ingin begitu saja posting sesuatu yang bernuansa musik terutama mengenaiband favoritku, Avenged Sevenfold. Baiklah, langsung aja ke pokok apa yang akan kuposting, yakni penjelasan mengenai diskografi band yang memiliki simbol the Deathbat ini dengan sedikit translete judulnya ke bahasa Indonesia (yang juga sangat kebelet). Langsung aja cekidot:
 
1. Sounding the Seven Trumpet (2001) (Bunyikan Terompet Ketujuh)


Album debut Avenged ini full scream (bukan full cream yah) dengan single debut To the End the Rapture (Menuju Akhir dari Gairah). Begitu mendengarnya, telinga kita bakal disuguhin musik yang begitu metalcore hingga salah seorang teman berkata "wah, kalau cuman teriak-teriak gini aku juga bisa dong!" bisa jadi. :D Namun, terdapat penyimpangan dalam album ini, seperti lagu Street (Jalanan) yang ber-genre Punk dan Warmness on the Soul (Kehangatan dalam Jiwa) yang ber-genre Piano Ballad. Terdapat pula beberapa lagu yang tidak sepenuhnya scream seperti Shattered by Broken Dreams (Terhambur oleh Mimpi yang Hancur) dengan sedikit vokal non-scream serta Darkness Surrounding (Kegelapan Mengepung) yang memiliki unsur sedikit mendayu di akhir lagu (seperti dangdut) karena vokal M. Shadow yang bercengkok.
 
2. Waking the Fallen (2003) (Bangunkan yang Terjatuh)


Kalau di album sebelumnya dibuat full scream, maka album kali ini dibuat setengah scream setengah bernyanyi. Unholy Confession (Percakapan Tak Suci) menjadi single andalan yang membuat band ini menjadi salah satu band metalcore yang paling berpotensi. Selain Unholy Confession, lagu keren lainnya ada Desperate Through Reverence (Penghormatan yang Menyedihkan) yang memberikan sentuhan ending begitu menarik, Remenissions (Remenisi) dengan unsur akustik di tengah lagu yang scream nian, And All Things will End (Dan Segalanya akan Berakhir) dengan sentuhan alternative dan ending yang sedikit out of the box, dan Clairvoyant Disease (Penyakit Waskita) dengan ritme lagu yang 'berlarian'. Adapula lagu 'kembar' yang sangat kontradiksi, yakni I Won't See You Tonight 1 (Aku Tidak Ingin Melihatmu Malam Ini 1) dengan aliran slow rock serta I Won't See You Tonight 2 (Aku Tidak Ingin Melihatmu Malam Ini 2) dengan aliran metalcore. Namun lagu yang paling keren dalam album ini adalah Chapter Four (Bab Empat) yang terinspirasi dari kisah pembunuhan pertama di bumi oleh anak Adam (Kain dan Abel -Qabil dan Habil-). Lagu ini seolah membawa kita menyusuri lorong waktu dan menghadirkan kita di lokasi pembunuhan tersebut. Feel the sensation!
 
3. City of Evil (2005) (Kota Kejahatan)



Disini nih, terjadi revolusi besar-besaran dalam musik Avenged Sevenfold, dimana mereka yang awalnya hobi Scream, sekarang jadi sangat Classic Rock layaknya penerus Guns n' Roses. Mendayu-dayu gimanaa gitu hehehe. Karena inilah, mereka memiliki haters yang berarti kehilangan banyak fans. Namun, mati satu, tumbuh seribu. Karena album inilah, mereka menjadi begitu tenar. Salut buat M. Shadow dan kawan-kawan yang berani putar haluan dengan single mereka Bat Country (Negeri Kelelawar) yang begitu classic rock. Bisa dibilang, keseluruhan lagu di album ini keren abis! Sebut saja Seize the Day (Raihlah Hari) dengan vokal ala Axl Rose yang mendayu, Sidewinder (Sidewinder) dengan sedikit eksperimen musik reggae di ending lagu, Strenght of the World (Kekuatan Dunia) dengan unsur musik epik ala film-film adventure, Blinded in Chain (Dibutakan Rantai) yang berisi kritik sosial, Trashed and Scattered (Terbuang dan Terhambur) dengan musik yang begitu aiternative, dan yang paling keren M.I.A (Hilang dalam Pertempuran) alias Missing in Action  dengan hentakan musik yang memberi semangat dan lirik sempurna yang begitu puitis, membawa kita pada nuansa perang yang sebenarnya.
 
4. Avenged Sevenfold (2007) (Balasan Tujuh Kali Lipat) -Self Titled-



Album ini menjadi album dimana Avenged Sevenfold bereksperimen dengan beragam musik. Membuat karakter musik Avenged Sevenfold begitu Avenged banget! *eh? Ada Critical Acclaim (Sorakan Kritis) yang mengandung unsur gothic, Gunslinger (Pemegang Senjata) dengan sedikit unsur country, Unbound (The Wild Ride) (Tak Terikat {Pengendara Liar}) dengan suara anak kecil yang menjadi ending lagunya, Brompton Cocktail (Brompton Cocktail) dengan sedikit unsur ethnic dan musik folk, Almost Easy (Hampir Mudah) yang memiliki iringan piano disela-sela hentakan musik kerasnya memberikan harmonisasi tersendiri, Lost (Hilang) dengan bantuan instrumen techno, Dear God (Kepada Tuhan) yang murni country rock, Afterlife (Akhirat) dengan musik megah yang dipenuhi dengan permainan biola, serta A Little Piece of Heaven (Sepotong Kecil Surga) yang merupakan paduan musik rock dengan orkestra yang terinspirasi dari pertunjukan Broadway. Album ini juga disebut album Black and White karena memiliki album art hitam dan putih yang begitu mencolok.

5. Nightmare (2010) (Mimpi Buruk)



Ini adalah album yang paling menyedihkan dimana drummer mereka Jimmy -The Rev- Sullivan meninggal dunia. Jadilah album ini didedikasikan untuk sang drummer dengan tetap mempertahankan ciri khas ke-Avenged-an mereka hehehe. Ada banyak lagu yang mencerminkan kesedihan rekan mereka, sebut saja Nightmare yang menjadi single hit mereka, So Far Away (Sangat Jauh) dengan paduan musik dan video klip yang begitu mengharukan, Buried Alive (Dikubur Hidup-Hidup) yang terdengar syahdu namun menghentak, Welcome to the Family (Selamat Datang di Keluarga) yang musiknya memberi semangat dalam kesedihan, serta Fiction (Fiksi) yang menjadi surat wasiat The Rev sebelum meninggal. Setelah kematian The Rev, banyak fans yang bertanya-tanya tentang siapa yang akan menggantikan posisi The Rev sebagai drummer. Awalnya dikira Mike Portnoy (mantan drummer Dream Theater) namun ternyata dia hanya dikontrak selama Nightmare Tour berlangsung. Ada pula beberapa lagu yang mencerminkan mereka kembali bereksperimen, seperti Tonight the World Dies (Malam Ini Dunia Mati) dengan tambahan unsur country, God Hates Us (Tuhan Benci Kita) dengan unsur scream layaknya album kedua mereka, Save Me (Selamatkan Aku) dengan aliran alternative rock layaknya lagu di album ketiga mereka serta Danger Line (Garis Bahaya) yang memiliki sentuhan musik ala marching band di akhir lagu.

6. Hail to the King (2013) (Hidup Sang Raja)



Ini adalah album pertama Avenged Sevenfold tanpa campur tangan The Rev dan kedatangan drummer baru mereka Arin Ilejay. Di album ini pula pertama kalinya kita lihat M. Shadow tampil dengan rambut gondrong membuat mereka terlihat seperti band-band rock 80-an. Di album ini mereka mencoba sesuatu yang baru, yakni merubah sedikit genre musik mereka menjadi Groovy Metal dengan musik ala band rock 70-an. Sebut saja Hail to the King yang menjadi single pertama, Shepherd of Fire (Gembala Api) yang menjadi soundtrack video game Call of Duty II: Black Ops, dan Requiem (Misa Arwah) dengan paduan suara yang bernyanyi menggunakan bahasa latin pada opening lagu menghasilkan musik dengan efek yang epik nan kolosal. Ada pula rock ballad dengan musk ala band 80-an, yakni Crimson Day (Hari yang Merah Tua) yang terdengar sangat syahdu dan Acid Rain (Hujan Asam) yang memberikan efek flashcbak pada lagu-lagu pop tahun 90-an. Meskipun ter-influence oleh band-band super senior seperti Led Zeppelin dan Black Sabbath, para kritikus menilai mereka telah kehilangan ciri ke-Avenged-an mereka. Namun dalam beberapa lagu, kita temukan unsur ke-Avenged-an tersebut seperti pada lagu Heretic (Bid'ah) dengan vokal yang begitu groovy namun terdengar Avenged Sevenfold banget, Coming Home (Pulang) yang memberikan efek semangat karena musiknya yang mengingatkan kita pada M.I.A dan St. James (St. James) yang didedikasikan untuk James -The Rev- Sullivan dengan musi k yang mengingatkan kita pada lagu Welcome to the Family. This is the new Avenged Sevenfold, they're great, and I love them! :D

7. Catatan: Album lain
Selain album diatas, terdapat pula sebuah album EP yakni, Welcome to the Family EP (2010) yang didedikasikan untuk The Rev dengan sebuah lagu baru 4:00 am yang lagi-lagi didedikasikan untuk The Rev. Terdapat pula sebuah album kompilasi yakni Live in the LBC/Diamonds in the Rough (2009) (Langsung dari LBC/Berlian di Hadapan) dengan beberapa lagu baru yang memiliki aliran musik sedikit berbeda dari album sebelumnya karena sentuhan efek gitar yang sedikit lebih 'ribut' namun tetap mempertahankan ciri ke-Avenged-an mereka. Seperti pada lagu Until the End (Sampai Akhir), Demons (Iblis), Dancing Dead (Dansa Orang Mati), dan The Fight (Pertarungan).

Jika dirangking versi Imajinarium, maka urutan album terbaik Avenged Sevenfold menjadi:

7. Sounding the Seven Trumpet
6. Waking the Fallen
5. Live in the LBC/Diamonds in the Rough
4. Hail to the King
3. Nightmare
2. City of Evil
1. Avenged Sevenfold

 

Itulah sedikit penjelasan mengenai album-album Avenged Sevenfold beserta peringkatnya versi Imajinarium. :) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar