Konstelasi Imajinasi

Jumat, 22 September 2017

Meninggalkan Dzulhijjah: Bulan yang Penuh Hari-Hari Mulia.

Tidak terasa, tahun kembali berganti. Baru sekali saya merasakan indahnya 1 Muharram yang lalu, menakjubkannya Rajab, teduhnya Ramadhan, meriahnya Syawal, dan semaraknya Dzulhijjah. Kita mengucapkan selamat tinggal pada 1438 H dan mulai menyambut 1439 H. Lalu mungkin, tidak lama lagi, kita memasuki 1440 H, ya, kita pasti tidak akan merasakannya juga seperti bagaimana kita tidak merasakan tahun ini berlalu begitu saja.
Tahun hijriah yang diambil dari sejarah hijrahnya rasul sebetulnya dimulai pada masa Khalifah Umar bin Khattab, beliaulah yang berinisiatif menjadikan momen hijrah sebagai tonggak perubahan tahun. Ada hikmah yang bisa kita petik, yakni pergantian tahun (atau waktu umumnya) senantiasa semakin diarahkan pada kebaikan. Semakin bergulir waktu, semakin berpindah waktu, semakin baik pula seharusnya perangai kita. Saya pribadi pun masih merasakan susahnya istikamah (maklum masih cinta dunia,
Sedih juga rasanya meninggalkan Dzulhijjah, sebab dalam beberapa hadits sahih dijelaskan banyak sekali keutamaan bulan Dzulhijjah yang tersimpan dalam hari-harinya. Bulan ini penuh dengan hari-hari mulia yang bahkan setara dengan bulan Ramadhan. 
Pertama, kita disuguhi ‘malam yang sepuluh’. Rasulullah mengatakan, sepuluh hari pertama dari Dzulhijjah ini setidaknya lebih mulia dari sepuluh malam terakhir Ramadhan -derajat kemuliannya di bawah lailatul qadr dan orang yang 'menghabiskan seluruh darinya’ di medan jihad fi sabilillah. Introspeksi juga, betapa banyak hari-hari yang terlewat begitu saja dengan dosa dan maksiat, sementara lisan kita semakin enggan memuliakan-Nya.
Kedua, kita dijamu dengan hari Arafah. Hanya orang yang tidak mengkhawatirkan akhiratnya, tidak merasa berdosa, dan masa bodoh dengan amalnya yang tidak berpuasa di hari ini. Sebab puasa di hari ini mengampuni dosa setahun lalu dan setahun mendatang. Apakah kita menyia-nyiakan sebenarnya pengampunan dengan tidak ingin menahan lapar, syahwat dan dahaga dalam beberapa jam saja? Sungguh kerugian besar.
Ketiga, kita dimanjakan dengan hari kurban atau idul adha. Di hari ini, kita mengalirkan darah karena Allah. Sungguh, Ibrahmi dan Ismail adalah sebenar-benarnya teladan, dan keteladanan itu bisa kita contohkan dengan berkurban. Tak mampu sapi, kambing cukup. Betapa banyak waktu dan harta yang diberikan kepada kita, tidakkah kita bisa menyisihkannya setahun sekali saja? 
Keempat, kita diberi kesempatan untuk berkurban dan memuliakan Allah di tiga hari tasyrik. Secara bahasa, kata tasyrik berarti mendendeng atau mengeringkan daging. Di masa lalu, jalanan-jalanan di Madinah penuh dengan daging-daging kurban yang didendeng agar lebih awet. Di hari ini, bagi orang yang belum berkurban, diberi waktu tiga hari untuk menyembelih hewan dengan penuh keikhlasan.
Setelah memahami hari-hari mulia tersebut, masihkah kita ingin menganggap remeh keutamaan-keutamaan yang tersimpan dalam bulan ini? Jika kita termasuk orang yang lalai tahun ini dalam 'menikmati' bulan ini, semoga usia kita disanggupkan dan kita semua kembali dipertemukan dengan hari-hari mulia ini tahun depan.
Selamat tinggal 1438 H, selamat datang tahun baru 1439, selamat datang kebaikan-kebaikan.

sumber: kabarmakkah.com


Enam Langkah Sederhana Menulis Surat Resmi dan Contohnya

Dunia persuratan (baca administrasi) kadang membuat beberapa orang resah. Sebab, tidak semua dari kita mampu menulis surat, meski sebetulnya, teknik menulis surat ini telah dipelajari sejak duduk di bangku SD. Waktu itu kita mungkin ditugaskan membuat surat kepada teman yang jauh atau minimal surat izin. Kemudian di bangku SMP, kita kembali betemu dengan tugas surat itu, lalu di bangku SMA, tugas membuat surat semakin rumit saja. Namun, adakah pernah tertinggal pelajaran-pelajaran tersebut di kepala kita?

Saya berani mengatakan bahwa pelajaran semacam itu hampir tidak membekas sama sekali, sebabnya sederhana, kita tidak suka menulis, terlebih menulis surat. Semua kebutuhan kita ihwal surat ada yang menyelesaikannya. Di bangku SD dan SMP, saat kita sakit, yang menulis surat izin adalah orang tua. Baru mungkin ketika kita SMA hungga dudk di bangku perguruan tinggi, kita sadar bahwa surat merupakan hal penting di negeri ini. Seluruh urusan-urusan yang bersifat resmi menjadikan surat sebagai medianya, seolah suratlah yang menjadi legalitas sah tidaknya suatu urusan. Ingin meminta bantuan dana, ditanya "mana suratnya?" ditilang polisi, ditanya "mana surat-suratnya?", ingin ujian skripsi, diminta surat, bahkan mau menikah pun harus ada suratnya. Suratlah yang menentukan sah atau legal tidaknya suatu hal.

Sebetulnya kita tidak perlu menaruh khawatir berlebih, atau menganggap surat sebagai sesuatu yang mengerikan. Surat sebetulnya sangat erat dengan keseharian kita, hingga di dunia maya pun, interaksi melalui pos-el dengan seseorang yang jauh juga sebetulnya adalah sebuah aktivitas surat-menyurat. Kita saja yang sebetulnya malas untuk tahu sehingga kita memang tidak ingin tahu. Ingat sebuah kutipan, manusia itu takut pada hal yang tidak diketahuinya. Kita takut pada surat karena kita tidak tahu dan tidak kenal pada surat itu. 

Jika setelah membaca tulisan di atas lantas kamu masih tidak ingin membuat surat, berarti tulisan ini bukan untuk anda. Saya akan membagikan beberapa cara sederhana untuk memulai membuat surat.

1. Pastikan kamu tahu surat apa yang ingin kamu buat. Surat memiliki banyak jenis, ada surat yang bersifat resmi dikeluarkan oleh suatu instansi atau lembaga, sementara ada pula surat pribadi yang tentu dikeluarkan oleh diri kamu sendiri. Nah, surat yang dikeluarkan oleh lembaga itu, menggunakan kop surat khas lembaga tersebut. Tahu kop surat kan? Sejenis pengantar mengenai lembaga/instansi yang mengeluarkan surat, terletak di bagian paling atas surat, dan dipisah dengan garis. Bagaimana dengan surat pribadi? Ini tentu tidak membutuhkan kop surat.

Contoh kop surat. Sumber rs.unhas.ac.id


2. Surat resmi biasanya diberikan padamu dalam keadaan telah jadi, alias kamu tinggal mengunakannya saja. Orang yang mengetikkan surat adalah staf dari lembaga tersebut, karena merka tentu sudah punya format patennya, kamu tidak perlu repot-repot. Beda kalau kamu (yang membaca tulisan ini) adalah seorang staf dari sebuah lembaga yang disuruh membuat sebuah surat, tapi karena kamu tidak tahu, kamu malah mencarinya di Google dan menemukan tulisan ini :D Lalu kalau kamu ingin menulis surat secara pribadi, biasanya adalah surat yang bersifat pernyataan (Surat Pernyataan), nah saya akan tampilkan contohnya di bawah, kamu bisa mengik
uti formatnya, tapi jangan mengikuti isinya yah, sebab yang di bawah hanya contoh. 

3. Di dalam surat resmi suatu lembaga, selalu ada kata 'Perihal:' atau 'hal:', yang perlu kamu tulis di situ adalah untuk apa surat itu dibuat? Misalnya, surat itu adalah untuk mencairkan dana atau anggaran, maka di perihal tersebut kamu tulis 'permohonan pencairan dana' dan sebagainya.

4. Kamu bingung dengan no. surat? No. surat dibuat oleh bagian administrasi suatu lembaga. Bagi kamu yang kebetulan kerja di bagian tersebut, kamu harus perhatikan pola penulisan no. suratnya. Tapi bagi kamu yang hanya ingin menulis surat pribadi, rasanya tidak perlu kamu menomor semua surat masuk dan surat keluarmu hehehe

5. Tulislah surat apa adanya. Ini untuk bagian isi surat. Baisa ada yang bingung mengenai apa yang harus saya tulis di bagian isinya? Sederhana saja, tulislah pembukaan terlebih dahulu (biasanya salam atau ucapan selamat atau ucapan apa pun yang sopan dan membuat pembacanya bahagia) terus tulislah peruntukannya secara to the point, disertai beberapa penjelasan. Lalu terakhir, penutup. Mudah kan?

6. Jangan lupakan tanggal (meski biasanya ditulis di atas, namun tidak masalah jika juga ditulis di bagian bawah), juga penulis surat dan tanda tangannya. Ingat, sebuah surat tentu ada pengirim dan penerimanya. Penerima tentu ditulis di bagian awal surat biasanya dengan frasa "Kepada Yth" bagi surat resmi, lalu pengirim ditulis di bagian akhir surat beserta tanda tangannya (dalam surat resmi, tanda tangan ini keharusan, surat tanpa tanda tangan itu tidak ada harganya sama sekali) selain tanda tangan, biasanya juga ada stempel bagi lembaga dan pada umumnya dibubuhkan di sebelah kiri tanda tangan (jangan terbalik yah, biasanya stempel di kanan itu hanya bagi amatiran yang tidak mengerti dunia persuratan). Kecuali kalau suratnya bersifat pribadi, tidak perlu ada stempel khusus tanda tangan, namun sebagai gantinya, tanda tangan tersebut dibubuhkan di atas materai (biasanya materai 6.000) sebagai bukti legalitas.

Jadi seperti itu kira-kita beberapa tips sederhana membuat surat resmi baik keluaran lembaga, maupun pribadi. Sesuai janji saya, di bawah ini contoh surat resmi yang bersifa pribadi



SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda-tangan di bawah ini,

Nama: Andi Batara Al’Isra, M
Nama Pena: Batara Al Isra
Judul Naskah Puisi: Kepada Penenun Tapis

Menyatakan bahwa naskah yang saya kumpul untuk diikutkan dalam lomba cipta puisi nasional Karakatu Award oleh pemerintah Provinsi Lampng merupakan karya asli sendiri, bukan saduran atau plagitasi. Jika di kemudian hari saya dinyatakan melakukan pelanggaran, maka saya siap menerima sanksi yang ditentukan oleh panitia penyelenggara.

Hormat Saya,


 (materai) TTD

Batara Al Isra

Kamis, 21 September 2017

Kalau Ada Umur Panjang, Bolehkah Kita Terus Mencintai?

Banyak yang bilang mencintai itu ada batasnya. Kamu tidak akan terus mencintai seseorang dan orang tersebut akan melakukan hal yang sama. Tapi, benarkah?

Tanya pada hatimu sendiri, jika memang cinta itu akan hilang suatu nanti, maka untuk apa kamu mencintaiku saat ini?

Memang nanti adalah nanti, saat ini tetaplah saat ini, tapi jika kita sepakat bahwa cinta akan bertemu selesai sebelum salah satu dari kita bertamu ke makamku atau makammu, maka akhiri saja sampai di sini.

Tapi mungkin kita memilih kesepakatan lain, bahwa cinta itu abadi. Sebab, membayangkan kelak suatu ketika kita kehilangan cinta malah membuatmu menangis dan aku terus terjaga sebab terka-terka itu, juga sebab menjaga air matamu agar tidak habis.

Sejujurnya kita tidak akan sanggup menghadapi itu nanti, hari-hari saat cinta telah habis.
Maka sejauh mana upaya agar kita terus mencintai?


Sumber: dokumentasi pribadi

Selasa, 19 September 2017

Menikmati Espresso

Hal yang pahit bisa saja lebih mahal
dari hal yang manis.
Semuanya harus ditanggung tanpa canggung,
ditampung dalam cangkir yang disebut hidup.
Ia akan membuatmu terjaga dengan banyak sekali
dongeng tentang rasa bersalah,
atau tentang bahagia dalam pekat.

Sebab tidur adalah hal yang sia-sia,
dan orang-orang yang gemar lari
dari kisah kesah di dalam kafe selalu
menjadikan mimpi sebagai hal manis lain
yang berusaha terus diimpikan.
Mereka sebenarnya sadar,
tapi tiba-tiba menjadi lupa bahwa bunga tidur
tidak akan pernah mekar di taman kenyataan.

Freiburg, Juni 2015
-sambil menikmati Espresso di sebuah kafe Italia.d


Dokumentasi pribadi

Kisah Puisi

Puisi ini dibuat dengan sekali duduk. Waktu itu memang suasananya mendukung untuk menghasilkan karya serupa ini. Di Jerman, suasanya sejuk dan atmosfernya segar, sehingga untuk membuat karya serupa ini, kita seperti memiliki kekuatan dari dalam #apaan?

Kemudian, pada 2016 lalu, puisi ini menemukan jodohnya di  antologi puisi Benang Ingatan. Kumpulan puisi yang ditulis bersama oleh 10 penyair muda Makassat.

Senin, 18 September 2017

Doa Saat Menikah dan Doa Saat Mendekati Istri

Tulisan sebelumnya membahas ihwal doa yang apabila sering diamalkan, maka jodoh akan datang bertandang. Selain itu, doa tersebut juga bisa diamalkan bagi mereka yang akan menuju prosesi akad -mungkin ada yang deg-degan atau khawatir pernikahannya tidak dirahmati- juga bagi mereka yang akan segera melamar pujaan hatinya.

Masih tentang doa pernikahan, kali ini saya kembali membagikan doa-doa ampuh yang insya Allah jika dibaca di saat yang tepat, yakni di waktu-waktu-waktu mustajab (seperti sepertiga malam terakhir, saat hujan, bakda asar di hari jumat, dll) dengan penuh keyakinan, dengan ketundukan, dengan berserah diri seutuhnya, dan dengan puji-pujian kepada Sang Mahaagung, insya Allah akan dikabulkan.

Kalau doa sebelumnya beraifat 3 in 1, alias bisa dibaca meski hajatnya berbeda, kali ini doanya tidaklah bersifat demikian, masing-masing kepentingan memiliki doanya Sendiri-sendiri. Baiklah mari kita liat, berikut doa pertama.



رَّبِّ أَدْخِلْنِي مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِي مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَل لِّي مِن لَّدُنكَ سُلْطَاناً نَّصِيراً

“Ya Tuhan-ku, masukkanlah dengan cara yang baik dan keluarkanlah (pula) aku dengan cara keluar yang baik dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong”. (Qs. Al Isra': 80)

Doa ini dibaca saat proses pernikahan berlangsung. Seperti yang dilihat, doa ini diharapkan membawa kebaikan bagi kedua mempelai, dengan harapan semoga pernikahannya dirahmati dan keluarga barunya digolongkan pada golongan orang-orang yang baik.

Itu tadi doa saat pernikahan, selanjutnya adalah doa saat mendekati istri. Di malam pertama, atau sebelum suami menyentuh istri, diharapkan seorang suami agar membaca doa terlebih dahulu kemudian doa teraebut diaminkan oleh sang istri. Jadi tidak langsung begitu saja, sang suami diharap bersabar dulu yah hehehe. Doa ini dibaca dengan harapan agar diberikan keturunan yang baik, dan agar setan tidak ikut campur dalam proses 'itu'. Tentu membayangkannya saja kita tidak ingin alias jijik, apalagi kalau sampai betul-betul setan sudah ikut campur, jangan sampai deh. Makanya, tahan-tahanlah dulu lalu jangan pernah lupakan Tuhan. Selain itu, agar anak yang dilahirkan kemudian dijauhkan dari gangguan setan. Baiklah, berikut doanya:


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ اَللََّهُمَّ جَـنِّـبْناَالشَّـيْطَانَ وَ جَنِّبِ الشَّـيْطَانَ مَارَزَقْـتَـنَا

”Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Ya Allah Ya Tuhan kami, jauhkanlah kami dari syaithon dan jauhkanlah syaithon dari (anak) yang Engkau karuniakan/berikan kepada kami”.

Itulah dua doa yang bisa teman-teman amalkan, insya Allah keluarga akan tetap dalam perlindungan Allah. Amin.



Sumber: Dokumentasi pribadi (Taken by Hafizah Raehana)




Doa Mendapatkan Jodoh, Doa Melamar, dan Doa Menuju Tempat Akad.

Menikah itu sebuah niscaya. Jika sudah waktunya, jodoh akan datang pada kita. Namun yang menjadi masalah adalah, kapan? Persoalannya menjadi rumit ketika usia semakin menua dan belum terlihat ada tanda-tanda jodoh yang mendekat. Jika sudah begini, kita mungkin berpikir, jangan-jangan yang duluan bertandang adalah maut ketimbang tambatan hati? Oleh karena itu, di bawah, saya membagi sebuah doa yang insya Allah bisa diamalkan.

Doa ini merupakan doa sebelum menikah. Baik bagi mereka yang akan menuju tempat akad, mau pergi melamar, ataupun belum dapat jodoh sama sekali. Insya Allah jika dibaca dengan sepenuh keyakinan, di sepertiga malam, saat hujan, atau pada saat dan tempat yang mustajab, Allah akan mengabulkan hajat kita. Doanya adalah:


رَبِّ هَبْ لِي حُكْماً وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ

“Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku Hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh”. Qs. As Syu'araa: 83


Doa tersebut bersumner dari Alquran yang tidak ada keraguan di dalamnya. Silakan diamalkan, saya juga mendoakan kepada pembaca yang memiliki hajat ihwal jodoh, agar segera bisa ke pelaminan. Amin.

Bagi kalian yang belum menikah, sudah waktunya kalian duduk di pelaminan
Sumber: Pribadi. 

Minggu, 17 September 2017

Puisi untuk Siswa SD

Anak Bangsa yang Merdeka

Telah puluhan tahun merah putih mengangkasa
jerih payah pejuang kebebasan,
tidak terhitung jiwa yang tumbang,
demi negeri yang diberkahi Tuhan.

Kita berkhianat dan menyia-nyiakan nikmat
jika menjadi generasi bangsa yang bodoh dan malas.

Lihat, sejauh mana kita belajar?
dari pengalaman, dari buku-buku, dari orang-orang, dan dari semesta?
lihat, sejauh mana kita berusaha?
berdiri di atas kaki sendiri, punya prinsip tegas, dan selalu siaga?

Bukankah kita merdeka, berarti lepas dari kebodohan dan mental peminta-minta?
bukankah merdeka, adalah nikmat terindah bagi suatu bangsa?

Maka jadilah anak bangsa yang cerdik-pandai dan rajin usaha, maka jadilah penerus juang yang tidak mudah goyah diadudomba dan dijajah kembali lewat pemikiran-pemikiran sesat,
maka kita telah sejatinya merdeka.

2017

***

Ramadan

Setiap hari sebelum subuh
aku dibangunkan ayah ibu
menikmati sahur
agar sanggup puasa seharian penuh.

Alquran adalah petunjuk baik-buruk
yang kubawa dan kubaca selalu
berwudu terlebih dulu
khusyuk dan tawaduk.

Berbuka adalah kenangan khusus
saat hilangnya lelah peluh
Lantas tarwih serta witir menunggu
jangan tinggalkan tanpa alasan apa pun.

Kata Tuhan, 
"... diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu..." 

Maka dengarlah Tuhan
melebihi taatnya kita 
dengan ayah-ibu, guru, atau siapa pun itu.

2016

sumber: Facebook

Jumat, 15 September 2017

Jangan Diam dalam Gelap -Kisah Inspiratif Seorang Akhwat-

Kita tidak pernah tahu kapan, bagaimana, dan kepada siapa hidayah datang menyapa. Banyak orang yang masa lalunya tidak punya harapan, gelap, dan tenggelam dalam air mata. Namun tiba-tiba tanpa dia duga, sesuatu mengetuk hatinya. Cahaya masuk sedikit demi sedikit lewat celah hatinya yang gelap, lalu memecahkan dinding-dinding hitam yang memenjara dan jadilah dia bermandi cahaya terang. Mungkin ilustrasi di atas kurang lebih menggambarkan sisi kehidupan yang saya jalani.

Kita juga tidak pernah tahu dan tidak pernah meminta akan dilahirkan melalui rahim siapa dan dimana kita tinggal, siapa keluarga kita, teman dan tetangga tempat kita tumbuh-berkembang. Hal itu sangat saya rasakan, seandainya mungkin saya bisa memilih untuk dilahirkan di suatu tempat, saya tentu akan memilih untuk dilahirkan di tempat yang nyaman dan di lingkungan yang memang telah tercerahkan. Tapi sayangnya, saya seorang perempuan yang hidup di tengah keluarga yang biasa saja dalam beragama, seperti kebanyakan awam lainnya. Orang tua tidak terlalu menuntut banyak, seperti memakai jilbab apalagi menjadi seorang hafizah.

Saya tinggal di Kelurahan Kaluku Bodoa, Kecamatan Tallo, salah satu slum area di Kota Makassar. Rumah saya berada di depan Jl. Tol Reformasi, dan tepat berada di sebelah jembatan layang Jl. Galangan Kapal. Rumah-rumahnya sangat sederhana dan ada beberapa yang hanya terbuat dari setumpuk seng atau tripleks dan kayu bekas. Rata-rata pemilik rumah tersebut bekerja sebagai buruh cuci dan sopir truk. Kemiskinan memang karib dengan kriminalitas, tidak heran, sebagian besar orang-orang dekat rumah saya gemar berjudi –bahkan ibu-ibu sekalipun-, mabuk-mabukan begitu malam menjelang, gemar melakukan kekerasan, gemar berlaku riba –dengan jadi rentenir misalnya-, dan menggunakan bahasa berupa umpatan kasar. Saya terkadang merasa kalut dan kasihan pada mereka, saya hanya bisa berdoa agar mereka bisa memperoleh hidayah.

Begitulah gambaran lingkungan tempat saya hidup selama ini, sejak kecil saya telah di kelilingi ihwal-ihwal negatif. Maka dalam proses perkembangan saya, terkadang ada hal-hal yang tersangkut dan mempengaruhi kehidupan saya. Misalnya saat duduk di bangku SD hingga awal-awal SMP, saya perempuan yang dikenal tomboi; berambut seperti laki-laki, kasar, suka berkelahi, memukul orang, dan sederet kenakalan lain. Namun meski seperti itu, saya tetap ikut mengaji dengan anak-anak lain setiap bakda magrib.

Begitu duduk di bangku SMP, saya mulai sedikit berubah. Meski belum memakai hijab dan masih suka berkelahi, saya mulai rajin membaca buku bertema agama. Buku-buku seperti kisah para nabi dan rasul, tanda-tanda kiamat, dan lain-lain. Kegemaran tersebut datang begitu saja tanpa saya minta. Kelak kemudian hari, saya berpikir, dari sini tanda-tanda hidayah itu muncul. Namun karena tidak ada teman diskusi, saya sibuk belajar sendiri.

Teman-teman SMP saya juga mulai berubah sebab pergaulan saya semakin luas. Namun saya rasa, saya masih terjebak dalam lingkungan gelap. Entah mengapa, saya susah menemukan teman yang mampu membawa saya menuju ihwal kebaikan. Malah, saya pernah menyaksikan langsung bagaimana beberapa teman saya terkena virus ‘merah jambu’ akibat kenakalan remaja dan rela memberikan apa saja yang dia miliki, segalanya. Segalanya yang saya maksud di sini memang segalanya, termasuk hal paling sakral milik seorang perempuan, yakni keperawanan. Suatu kesyukuran karena meski saya menyaksikan sendiri bagaimana teman-teman saya berlaku sangat tidak pantas -dan secara tidak langsung hati saya menangis-, alhamdulillah saya tidak pernah ‘tenggelam’ dalam perbuatan seperti itu. Mungkin di sinilah kuasa Allah yang masih menjaga kehidupan saya.

Saat menginjak SMA, saya semakin rajin mengkaji Islam dan semakin sering membaca buku-buku Islami yang lumayan membangkitkan semangat saya untuk belajar. Saya juga mulai mencari referensi Islami lewat internet, dan aktif diskusi tentang Islam di Facebook. Meski lagi-lagi, saya masih suka berkelahi dan kehidupan saya masih saja di kelilingi gelap –meski tidak separah waktu SMP. Di jenjang pendidikan ini, saya mulai memiliki sahabat yang sepaham dengan saya, dia juga gemar mengkaji agama. Selain itu, saya berkenalan dengan seorang akhwat yang memakai jilbab besar, dan saya mulai fans dengan orang-orang yang menggenakan hijab (terutama jilbab besar). Akhwat tersebut memberikan info-info ihwal seminar Islam dan daurah.

Menginjak kelas XI, akhirnya saya memutuskan untuk memakai hijab tanpa nasihat atau perintah dari siapa pun, perubahan penampilan saya murni keinginan sendiri. Awalnya, saya hanya memakai hijab saat hendak ke sekolah saja, namun perlahan-lahan, saya mulai istiqomah dengan mengenakan hijab ketika bepergian ke mana saja, meski kadang celana masih menghiasi kaki saya ketimbang rok.

Saya lalu melanjutkan studi di salah satu kampus terkenal di Makassar. Saya kuliah di Fakultas Ilmu Sosial. Di sana, pergaulan semakin keras. Bukan hanya maksiat berbalut hal-hal intelektual, solidaritas, dan senioritas, tetapi juga ghawzul fikr yang menggempur dari segala penjuru untuk melemahkan akidah kita, lebih parah dari pelaku dosa besar yang mengelilingi saya sejak kecil. Sebab ini berkaitan dengan akidah dan sesuatu yang dianggap benar oleh segelintir orang yang mengaku cerdik-cendekia. Agar akidah dan diri ini tetap terjaga saya memutuskan untuk ikut tarbiyah, tahsin, dan lebih aktif lagi diskusi serta mengkaji Islam lebih dalam. Hijab saya pun semakin lebar, dan saya di kelilingi dengan orang-orang baik yang saling menasihati dalam kebaikan dan kesabaran. Saya pun aktif mengikuti kegiatan-kegiatan Islam dan bergabung menjadi pengurus Lembaga Dakwah Kampus (LDK) hingga akhirnya banyak orang yang bertanya ihwal agama kepada saya.

Salain aktif di LDK, saya juga aktif di Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ). Saya berpikir, jangan sampai hidayah ini hanya untuk saya, sehingga saya bergabung dalam HMJ dengan niat semoga saya mampu memberi kebaikan di sana. Pergaulan di sana memang keras, saya sampai dijuluki ‘Aisyah’ oleh orang-orang karena hanya saya sendiri yang berbeda dengan orang-orang di dalam HMJ itu. Karena mayoritas pengurus HMJ itu laki-laki, setiap rapat, saya selalu duduk menjauh dan terpisah sendiri di belakang forum.

Beberapa bulan setelah sarjana, 10 bulan lalu, seseorang melamar saya. Menikah adalah ihwal baik yang harus disegerakan jadi sya tidak menolak. Untungnya, saya akhirnya menemukan ‘teman hidup’ yang pengertian dan paham agama. Meski kami masih tinggal di lingkungan masa kecil saya, kami saling mengingatkan dan menasihati satu sama lain. Termasuk di masa-masa saat saya terkena futur, beliau mengingatkan saya untuk kembali ke jemaah. Saya memang sempat mengalami keadaan tersebut. Insya Allah, selepas melahirkan anak pertama, saya akan kembali menjadi ‘Aisyah’.

Salah satu daerah padat penduduk di Makassar

Di Pasilambena


Aku biarkan tubuh
terapung tanpa pelampung
melihat lepas perahu-perahu
di antara arus Kalao dan Madu

Orang-orang pergi dengan kelapa
pulang kadang tanpa kepala
laut mengambil tumbal
katanya sebelum kembali ke Selayar.

Seharusnya aku menguap
lalu turun di Karumpa sebagai hujan
tengah malam, di sana lebih aman,
semua orang adalah anak-anak.

Tapi pada akhirnya
aku menjelma karang panjang
tempat perahu bersandar
karam maupun selamat.

2017

Pulau Kalaotoa, Kecamatan Pasilambena, Kabupaten Selayar