Konstelasi Imajinasi

Kamis, 01 Januari 2015

Di Atas Panggung Sandiwara



 
    Sumber: tulisantulisansatyo.wordpress.com


Di suatu masa yang entah, 
aku pernah berada di ruang gelap tanpa kesadaran.
Ketika lampu dinyalakan tangis bahagia penonton mulai terdengar
sebab aktor yang ditunggu telah berdiri di atas panggung sandiwara.

Tanpa membaca naskah, aku melakonkan peran jahat
mencuri alam, jiwa, bahkan senyuman. Lawanku adalah siapa saja
yang naik ke panggung dan melakonkan peran sebagai pahlawan.

Aku ingin mata penonton melihat aksiku yang gagah
sehingga mereka mengakui bahwa peranku sempurna.
Akulah yang terhebat, akulah yang terkuat.
Aku berganti peran menjadi tuhan!

Namun sorak-sorai penonton berubah cacian dan cemoohan
seolah aku tokoh yang tidak diharapkan.
“Mati saja! Mati saja!”  
Hanya itu yang terdengar di seantero tempat pertunjukan.
Oh, teriakan kebencian seperti itu menandakan
bahwa kebahagiaan telah kucuri dari hati mereka.
Aku senang sebab aku orang jahat.

Di ujung pertunjukan kulihat tanganku berlumuran darah,
Bangkai pahlawan berserakan bersama bangkai penjahat lain,
saling tumpuk dengan jasad penonton yang bukan hanya
kehilangan kebahagiannya, tapi juga kepalanya.

Pertunjukan berakhir,
aku berdiri sendiri di tengah panggung yang menjadi puing.
Sepi kini menghampiri sebab bukan ini yang aku cari.
“Sutradara, aku berhenti memerankan tuhan!”
Teriakku menunjuk langit-langit yang retak berjelaga.

Air mataku menjadi hujan di panggung sandiwara.
Karena sejak awal aku hanya menunggu sesuatu yang sebenarnya
telah lewat dan mustahil lagi terulang:
tangis bahagia penonton tepat seperti saat pertama kali 
aku lahir ke dunia.

(Jogjakarta, Agustus 2014)

*

Kisah Puisi 

Puisi ini merupakan salah satu jenis puisi prosaik yang entah mengapa pada masa saya membuat puisi ini memang masa-masa dimana saya sedang suga jenis puisi seperti ini, bercerita panjang laiknya sebuah cerpen tapi penuh dengan metafora dan makna yang cukup dalam. Well, puisi ini berhasil terbit di majalah Saksi, sebuah majalah untuk mahasiswa yang dicetak oleh BEM Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, yah mungkin karena isinya yang agak 'melawan' dan 'menyinggung' segelintir orang (baca: perusak). 

Puisi ini saya buat disela-sela kesibukan saya selama melakukan penelitian di Jogja tempo hari. Saat itu saya ngebet sekali ingin membuat puisi dan akhirnya setiap menjelang tidur, saya catat sedikit demi sedikit dalam memo HP hingga akhirnya menjadi sebuah puisi *Jengjeng (mencatat bait-bait puisi dalam memo HP menjadi kebiasaan baru bagi saya). D
an harus kuakui bahwa inspirasi puisi ini berasal dari lagu milik Linkin Park, Final Masquerade.



 

2 komentar: